Wednesday, May 23, 2007

H u R u F

Setelah beberapa saat disibukkan dengan cinta dan lalu aku menuangkannya dalam sebuah posting. Kini perhatianku tertuju pada “huruf”. Setelah membaca kembali tulisan-tulisanku diblog ini, terlihat sangat amburadul dan begitu jorok. Jorok dari segi teknik menulis. Mulai dari tanda baca, huruf, spell dll.
Aku teringat pada kata-kata temanku tentang apa itu menulis.Bintang Matahari (5/18/2007 2:28:54 AM): sebagai sebuah huruf yang dirangkai menjadi kata dan membentuk kalimat, itu sangat bermakna, dalam, dan menyentuh...

Tapi kata-kata berikutnya membuatku menjadi tersadar apa arti menulis itu sendiri. Menulis bukan hanya sekedar merangkai huruf-huruf yang kemudian tersusun menjadi kata dan kemudian membentuk kalimat, baik bermakna atau tidak sama sekali. Tetapi pada apakah tulisan-tulisan itu telah teraplikasi dalam kehidupan kita.

Kamu pasti kenalkan Khalil Gibran? dalam Sayap-sayap patah, The Prophet, Si Gila, dll. Khusus dalam Sayap-sayap Patah rangkaian katanya dahsyattttt…sangat dahsyatttttttttt dan mungkin tak tertandingi. Tapi masalahanya kupikir, that's just a word, nggak lebih. Kenapa? bahkan sampai ketika dia mati pun, dia selalu gagal dalam urusan cinta. Tidak seperti apa yang di tulisnya. So kupikir ini bukan berhenti semata-mata pada keahlian teknis menulis. Tetapi bagaimana tulisan tersebut adalah pandangan, ide bahkan kalau perlu itulah sikap hidup. Jangan dipisah, bahwa tulisan itu haruslah di jiwai dengan apa yang terjadi dan menjadikannya...dengan kata lain, jangan hanya berhenti pada titik menulis atau berpikir saja, but...buatlah kaki untuk tulisanmu. Biar dia bisa benar-benar melangkah dibumi dengan segala macam carut marutnya ini.

Begitu kata temanku suatu hari, saat itu aku merasa kesulitan dalam merangkai huruf menjadi kata, kemudian menjadi kalimat dan membentuk sebuah tulisan. Ya…dan aku sepakat untuk ini. Tulisan menurutku juga jangan hanya berhenti pada teknis menulis atau pemikiran saja. Tapi juga harus diusahakan menjejak dibumi alias aplikatif.

Dan yang bikin aku nyengir saat dia mengatakan untuk sebelum mengedit contents dari tulisanku sebaiknya aku mengedit dahulu tulisanku dengan hal-hal teknis, karena tulisan sebagus apapun, kalau nulisnya jorok akan kehilangan keindahnya. hi… dan kali inipun aku sepakat dengannya. Memang aku akui kalau teknik menulisku masih buruk. Tapi terus dalam tahap perbaikan. Terus belajar. Dan tak hanya itu, aku juga ingin dia tidak hanya menjadi makhluk mati. Kupikir tulisan juga mahkluk organis yang tumbuh dan bisa menjadi dewasa.

Saat menulis ini, aku menemukan salah satu puisi karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul sama dengan judul post ini. Berikut kutulis ulang buat yang membaca post ini sebagai penutup dari tulisanku ini.

HURUF

Wahai huruf,
Bertahun kupelajari engkau,
Kucari faedah dan artimu,
Kudekati kau saban hari,
Saban aku jaga,
Kutatap dikau dengan pengharapan,
Pengharapan yang tidak jauh
Dari hendak ingin dapat dan tahu.

Tetapi; kecewa hatiku.
Kupergunakan kamu
Menjadi senjata dialam kanan,
Agaknya belum juga berfaedah
Seperti yang kuhendakkan.
Selalu dikau kususun rapi
Di atas kertas pengharapan yang maha tinggi,

Tetapi …
Bilalah aku diliputi asap kemenyan sari,
Tak kuasa aku menyusun kamu
Hingga susunan itu dapat dirasakan pula
Oleh segenap dunia
Sebagai yang kurasa pada waktu itu.

Alangkah akan tinggi ucapan
Terima kasihku, bilalah kamu
Menjadi bukuterbuka,
Bagi manusia yang membacanya.

Kalaulah aku direndam lautan api,
Hendaklah kamu merendam pembacamu,
Bilalah aku disendu pilu,
Hendaklah kamu merana dalam hatinya.

Huruf, huruf….
Apalah nian sebabnya maka kamu
Belum tahu akan maksudku?

Pramoedya Ananta Toer
Sadar No.5 th. II,
10 januari 1947