Sunday, September 30, 2007

Kasih Tak Sampai

Selama ini hari-hari selalu diselimuti kabut cinta. Menyejukkan dan menentramkan jiwa. Saat kita bercerita atau diam menikmati gerak kehidupan. Terkadang kita tertawa atau menangis bersama dunia. Atau sekedar melanggar rambu di jalan yang kita lewati sambil mengacungkan jari tengah keatas. Atau bersetubuh dalam rimbun pepohonan dan sejuknya udara gunung. Atau bergelut dalam kesumpekan kereta api sambil menyeruput kopi hitam. Sangat indah. Dan ini membuatku tak ingin melepaskanmu. Aku ingin memilikimu. Hanya Aku. Seperti kau yang ingin memiliki diriku utuh.
Indah, terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki
Cinta tidak harus memiliki. Begitulah perasaan ini harus berakhir. Setelah kita tidak menemukan lagi alasan yang paling bijaksana untuk menjelaskan segala situasi ini. Kau tetap jauh disana. Dan aku disini bagai pungguk merindukan bulan. Ikatan itu tidak pernah ada untuk kita. Kita hanya air dan daun talas. Berada dalam kebersamaan namun tidak pernah bisa bersatu.
namun bila itu semua dapat terwujud
dalam satu ikatan cinta
tak semudah seperti yang pernah terbayang
menyatukan perasaan kita
Bersamamu adalah waktu terindah. Kenangan terbaik. Dan doa-doa terpanjatkan dengan tulus. Air matapun mengalir penuh syukur. Kau yang sudah mengubah duniaku. Kau yang menarikku dari surga. Lalu menuntun aku berjalan di bumi ini. Bertelanjang kaki. Dan menikmati setiap tusukan kerikilnya. Panas tanahnya. Di bumi ini semua kebersamaan kita terjejak dan menjadi saksi. Bagai bintang yang mengindahi malam.
Tetaplah menjadi bintang dilangit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita...berdua
Hari-hari bagaikan pendaran cahaya kunang-kunang tanpa kau disisiku. Tiada senyum bintang atau tawa bulan. Takdir sudah kejam memisahkan kita. Aku tahu tidak dapat memutar kembali waktu. Namun aku tidak ingin berakhir seperti ini. Tapi bila ini yang harus terjadi. Aku ingin terus mencintaimu. Menjadikanmu kekasih didalam hatiku.
Sudah, lambat sudah
Ini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan ini
Kau selalu hidup dalam hatiku. Terus menjadi matahari di siangku dan bulan di malamku. Kenangan bersamamulah yang menyelimuti tidur malamku. Suaramu terus bergema dalam jiwaku. Kau masih kekasihku.

NB: Thanks Padi buat liriknya

Tuesday, September 18, 2007

Tarrawih at Mesjid Raya

Ramadhan ke-4 adalah hari pertama aku berpuasa, setelah kemarin kedatangan tamu bulanan. Entah kenapa sudah 2 kali ramadhan ini aku punya kebiasaan aneh, yaitu lemas sesudah berbuka. Saat puasanya aku sanggup melek dan berkegiatan, namun setelah berbuka langsung ngantuk dan lemes badan semuanya. Padahal bila berbuka aku sangat normal. Berbuka dengan segelas air manis ditambah 2 atau 3 potong kue. Dan bila sudah lemas begini maka menjalar ke malas makan.

Karena puasa pertama, maka tarrawihnya pun pertama. DanMesjid Raya Baiturrahman (mesjid kebanggan ureung Atjeh) menjadi pilihan. Cuma Ingin merasakan aja keramaiannya dalam ramadhan ini. Dan selesai berbuka maka aku bersama seorang teman pergi menuju mesjid. Tidak begitu jauh dari rumahku, hanya 5 menit bila naik motor. Tapi karena ramai, maka butuh 15 menit untuk sampai dan mencari parkiran.

Aku masbuk (bener gak ya tulisannya) satu rakaat sholat isya. Lalu dilanjutkan dengan ceramah agama. Kali ini penceramah adalah Kapolda NAD. Aku tidak begitu mendengarkan apa yang diceranahkan, bukan apa-apa, aku lagi asyik duduk di luar (teras mesjid) tempat aku sholat. Aku sholat di teras karena di dalam sudah penuh. Saat itu udara dingin dan angin bertiup kencang. Ada pemandangan yang bikin aku betah disitu, adalah kawanan burung gereja (hah? burung gereja ada di mesjid? murthad tuh burung) hehehe... Karena angin yang kencang maka mereka berhamburan di udara. Indah banget dan kasihan juga lihatnya. Tanpa terasa ceramah selesai dan shalat tarrawihpun dimulai.

Shalat tarrawih yang kukerjakan adalah delapan rakaat, dengan empat kali salam. Terus aku lihat ada sebahagian orang tidak melanjutkan witir, mereka keluar. Aku lalu lanjut dengan tiga rakaat witir. Setelah selesai, ternyata ada gelombang kedua. Orang-orang yang keluar tadi masuk lagi untuk shalat tarawih lagi sampai 20 rakaat dengan diganti imam baru lagi. ternyata mesjid Raya cukup fair untuk menyelenggarakan shalat tarrawih dengan dua versi itu (8 dan 20 rakaat).

Betapa indahnya bila keragaman dan berbagai perbedaan bisa disikapi dengan lapang dada dan besar hati. Semoga semangat kebersamaan ini tetap bersemi sesudah ramadhan nanti. Dan Aceh tidak lagi menjadi daerah konflik yang berdarah-darah lagi. Apa lagi "mandi darah saudara-saudaranya sendiri". Amien.

ini beberapa foto yang sempat terekam kamera HP ku yang tidak seberapa ini













Ket Gambar:
1. Jamaah sholat sampai ke teras mesjid
2. Jamaah gelombang ke 2
3. Lalu lalang saat pulang

Monday, September 10, 2007

Sahabat

Sebuah tulisan yang kupersembahakan untukmu sahabatku (Jamilah)

“Aku ada cerita seru niy” ujarmu suatu sore saat aku dengan sengaja mampir ke tempat kerjamu. Kangen ngobrol dan berbagi berita denganmu.

Kau adalah sahabatku, sahabat yang saat pertama berjumpa sudah mencuri hatiku. Kepolosan, kejujuran serta kesederhanaanmu membuatku betah untuk berlama-lama ngobrol dan curhat denganmu, walau kita sadari masing-masing bahwa sifat kita sangat berbeda jauh. Tapi itulah yang membuat kita tetap menjadi sahabat hingga sekarang. Aku sudah mengganggapmu seperti saudaraku sendiri.

Kini kulihat sayap-sayapmu sudah melebar, mulai menampakkan keindahannya. Kepompong itu sudah pecah. Ulat itu kini telah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Dan tahukah kau betapa bahagianya aku. Ya saat kau menceritakan berbagai pengalamanmu padaku, aku bersyukur bisa mengenalmu dan ikut melihat kau berkembang. Kau yang pemalu sudah menjadi si percaya diri sekarang. Kau yang penakut sudah menjadi pemberani kini. Kau yang si pengikut sudah menjadi si penentu sekarang. Aku turut bahagia sobat. Sangat bahagia. Sekaligus iri, sangat iri. Karena aku sudah ketinggalan darimu.

Dahulu kau dibelakangku. Kau akan ikut kemanapun aku terbang. Karena kau terlalu takut untuk terbang sendirian. Lalu sedikit demi sedikit kau coba mencari jalanmu sendiri, mencoba terbang dengan kekuatan sayap-sayapmu. Ternyata terbang dengan keinginan sendiri lebih menyenangkan bukan? walau saat angin bertiup kencang kau sempat kehilangan arah. Dan kau tahu, aku ada untukmu. Begitu juga diriku terhadapmu.

Aku banyak belajar darimu tentang ketabahan dan kesabaran. Tentang kerja keras dan air mata. Seperti aku juga belajar darimu tentang keteguhan hati dan harga diri. Kulihat sayap-sayapmu mulai menemukan irama dalam kepakannya. Semakin dinamis dan indah. Bagai tarian saman yang anggun namun berenergi.

Kau mengatakan aku selalu lebih beruntung darimu. Tahukah sobat, kaulah yang lebih beruntung dariku. Kau kini bukan kupu-kupu taman lagi, namun kau kupu-kupu hutan. Pengetahuanmu tidak lagi terbatas pada taman yang telah disediakan, namun telah terbang ke dalam hutan dengan segala aneka macam tumbuhan. Kau bisa memilih memakan nektar dari bunga yang ada. Kau belajar memilih bunga mana yang baik dan tidak baik untuk dihisap sarinya. Dan kau juga lebih tangguh karena dihutan tentu lebih banyak musuh. Bertahan hidup dihutan tentu lebih sulit ketimbang di taman. Hi, aku sudah kemana-mana menceritakanmu.

Sahabat, bila umur kita panjang, aku ingin persahabatan ini tetap terjalin. Sampai kita tua. Kau akan menjadi salah satu ceritaku pada anak cucuku. Mereka akan belajar tentang persahabatan darimu. Dari kisah kita. Semoga.