Monday, April 30, 2007

Untuk pertama kalinya

Ini pertama kalinya aku menonton konser. Biasanya aku males banget kalau diajak untuk itu. Alasanku sederhana, aku tidak mau berdesak-desakan. Tapi kali ini karena Cek Wan (panggilan kawanku untuk Iwan Fals) yang bakal manggung, maka gak ada alasan buatku untuk tidak ikut nonton dia.
Duh, asyik banget...keren banget...(namanya juga fans-boleh dunk hiperbola). Dan yang bikin sedih, aku lupa membawa kamera digitalku untuk mengabadikan moment ini. Tapi tak mengapa, toh dia abadi juga di hati. Cuma sobekan tiket yang dapat kuselamatkan sebagai kenang-kenangan. Padahal aku sudah berusaha agar tiket itu tidak disobek, tapi penjaga pintu malah senyum saat aku bilang "duh disobek, padahal udah mahal-mahal belinya" Kawanku cuma bilang,"dasar ndesooooo..."
Buat Cek Wan, kapan niy main ke Banda Aceh lagi? Pakde Rendra dan Pakde Sawung Jabo juga...Aku tunggu loh...banget...

Hati-hati Penipuan!!!

Kasus penipuan semacam ini sangat marak sekarang di kotaku. Penipuan dengan modus kupon berhadiah yang terdapat dalam produk-produk terkenal.
Padahal nyata-nyata produk tersebut tidak sedang mengadakan undian dalam bentuk apapun. Mana hadiah yang diberikan gede-gede lagi. Paling kecil hadiah sepeda motor, rata-rata memberikan hadiah mobil dengan harga mahal.
Kasus yang menimpa tetanggaku, dia mendapat kupon berhadiah dari produk Unilever dengan hadiah sebuah mobil. Agak tergiur karena kali ini seperti mendapat durian runtuh, toh bukan penipu yang menghubungi kita. Namun karena ada acara kirim-kirim uang segala langsung deh jadi curiga.
Dan mamak langsung nyuruh adikku untuk melihat di internet apakah ada produk tersebut mengeluarkan undian berhadiah. Dan benar, ternyata undian itu hanya penipuan. Buat teman-teman, jangan mudah terpengaruh, sebaiknya mengecek ke costumer service produk yang bersangkutan atau ya seperti aku, coba lihat infonya di internet. JANGAN SAMPAI TERTIPU YA...

Wednesday, April 25, 2007

IBU

Sore itu saat aku sedang mengistirahatkan pikiran-pikiranku dari rutinitas yang menjemukan, aku mencoba mencari hiburan dengan menonton acara di dalam kotak hitam ukuran 29 inch di rumahku. Kutekan tanda power pada remote control tv ku, secara otomatis kotak hitam itu menampilkan acara dari stasiun tv pilihanku.
Sudah lumayan kurang aku menonton tv sekarang, sekedar melihat acara sinetron, film, reality show atau infotaiment sekarang ini, ini disebabkan aku lebih asyik dengan internet dan juga kesibukan kerja dan perkuliahanku.

Kali ini aku ingin menonton sesuatu yang menarik dari tayangan tv kali ini. Setelah beberapa kali mengganti chanel, akhirnya aku berhenti pada stasiun tv yang sedang menayangkan sebuah cerita pendek yang tak kukenal seorangpun pemainnya. Tampaknya aku ketinggalan bagian awal cerita, tapi aku tetap coba nyimak tontonan itu.

Bagus…

Menarik…

Alamiah…

Dekat dengan keseharian…


Tes…tes…
Tiba-tiba dari sudut mataku mengalir air. Semakin lama semakin banyak.

Tayangan ini menceritakan sebuah kejadian yang terjadi pada sebuah keluarga kecil yang sederhana. Sang ayah seorang buruh bangunan, sang ibu seorang ibu rumah tangga yang baik, serta seorang putri berumur sekitar 11 tahun dan putra berumur sekitar 4 tahun.

Sang kakak merasa akhir-akhir ini ibunya sering menyuruh-nyuruh dirinya untuk melakukan pekerjaan rumah. Mulai dari bereskan tempat tidur, mencuci piring, menyapu halaman, mengangkat jemuran, dan pekerjaan lainnya. Sewaktu ditanya kenapa pekerjaan itu hanya diserahkan kepadanya dan tidak kepada sang ayah, sang ayah berkata kalau itu tugas ibunya.
“oh, tugas ibu ya?” jawabnya seakan paham dan berlalu pergi.

Suatu sore ia mendengar ayahnya sedang berbicara dengan seseorang. “Maaf Pak, kami sudah selesai melakukan tugas-tugas kami dan kami berhak mendapatkan upah dari pekerjaan kami. Atau kami berhenti dari pekerjaan ini” ucap sang ayah.
“Dan ini rincian nya Pak,” sambung sang ayah sambil memberi lembaran tagihan biaya yang harus dibayarkan sang tamu.
“Baiklah kalau begitu, saya akan membayar tagihan ini besok, dan saya harap bapak dan teman-teman kembali bekerja lagi dan dapat menyelesaikan proyek ini” jawab sang tamu.

Saat mendengarkan pembicaraan antara sang ayah dan tamunya, si kakak mengangguk-angguk seakan mendapat pemahaman baru, bahwa bila seseorang telah menyelesaikan pekerjaannya, maka ia akan mendapatkan upah dari pekerjaannya.

Mulai detik itu perubahan tampak jelas dari tingkah laku si kakak ini. Tugas yang biasa malas-malasan dikerjakan kini dilakukan dengan semangat dan dia menjadi sangat rajin. Semua tugas dilakukan dengan segera dan sangat baik. Bahkan ia akan meminta kepada si ibu untuk memberikannya lagi tugas-tugas lain bila tugas yang diberikan oleh si ibu sudah selesai dikerjakannya.

Suatu hari, di sore yang cerah, ia menjumpai ibunya sambil membawa secarik kertas. “Bu…baca ini deh” ujarnya riang sambil memberikan kertas itu kepada si ibu.
“Apa ini?” Tanya si ibu.
“Pokoknya ibu baca saja deh,”sahutnya.
Dengan wajah penasaran sang ibu membuka kertas yang diberikan oleh si kakak.

Tagihan pekerjaan yang selesai ku kerjakan

1. Upah menjaga adik 2000 rupiah
2. Upah membersihkan halaman 1500 rupiah
3. Upah menyiram tanaman 1000 rupiah
4. Upah menyuci piring 1000 rupiah
5. Upah memberaskan tempat tidur 1000 rupiah
6. Upah menjaga rumah 500 rupiah……dst

Total upahku 10.000 rupiah

Membaca tulisan itu si ibu hanya tersenyum. “Sebentar ya nak,” ujarnya dan lalu bergegas masuk kekamarnya hendak mengambil sesuatu. Dan tak lama kemudian terlihat si ibu keluar dari kamarnya dan membawa sebuah amplop.
“Nah, ini untukmu,” ucap si ibu sambil menyerahkan amplop itu kepada si kakak.
Si kakak dengan wajah ceria dan berseri-seri menerima amplop yang diberikan oleh ibunya.
“Terima kasih ibu…” ujarnya sambil berlalu.

Kakak langsung mengambil sepedanya dan mendayungnya menuju taman yang berada di dekat rumahnya. Ia sudah tidah sabar ingin melihat upah yang dia terima selama mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh ibunya. Setelah menemukan tempat yang enak, si kakak berhenti dan turun dari sepedanya.
Dengan hati berdebar-debar dibukannya amplop tersebut perlahan-lahan. Betapa herannya si kakak karena ia tak menemukan uang selembarpun didalam sana, yang ada hanya selembar kertas. Dikeluarkannya kertas tersebut dari dalam amplop, dibuka dan mulai dibacanya.

Tagihan ibu untukmu

1. Upah mengandungmu selama 9 bulan 10 hari gratis
2. Upah melahirkanmu dengan taruhan nyawaku gratis
3. Upah menyusuimu gratis.
4. Upah membersihkan popokmu gratis.
5. Upah bangun ditengah malam karena kau ngompol gratis.
6. Upah menjagamu disaat sakit gratis.
7. Upah menyuapimu gratis…dst

Total tagihan untuk kasih sayangku padamu GRATIS

Langsung si kakak melarikan sepedanya dengan cepat menuju rumahnya dengan airmata yang bercucuran.
Dari depan pintu rumahnya ia langsung berteriak-teriak memanggil-manggil ibunya. Si ibu yang sedang asyik mengobrol dengan sang ayah langsung menghampiri si kakak. Saat melihat sang ibu, si kakak langsung memeluk ibunya dengan masih terus menangis.

“Maafkan kakak bu, kakak sayang ibu,” ujarnya sambil terisak-isak kemudian terus menangis sambil terus memeluk sang ibu.
Dengan senyum bijaksana dan belaian lembutnya di rambut si kakak, si ibu hanya berkata “Ibu juga sayang sama kakak.”

Aku yang menyaksikan cerita itu langsung teringat pada ibuku. Duh…betapa banyak pengorbanannya padaku selama ini. Sampai aku jadi seperti sekarang ini. Bahkan aku belum bisa membalas jasanya sedikitpun.

Ibu (mamak kalau aku memanggilnya)……
Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangmu padaku selama ini.
Tak ada yang dapat ku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu.
Hanya doa teriring dalam setiap lirih suaraku kepada Sang Pencipta
“Seandainya aku bisa berbuat kebaikan, semoga ganjarannya diberikan juga untuk ibunda yang telah menjadi jalan terlahirnya aku ke dunia ini. Amin ya Rabbal Alamin”

Wednesday, April 11, 2007

Tempat Penitipan

Kulihat kau begitu kebingungan. Ah…biar saja. Salahmu sendiri, kau selalu tidak sabar. Padahal kau tahu perlu cara-cara tertentu untuk dapat terus bersamaku. Bahwa kau tahu aku selalu bisa diandalkan. Tetapi kau malah sering sesuka hatimu terhadapku. Kecerobohan dan ketidak-sabaranmu sering membuat aku panas dingin. Aku sering merasa tertekan secara fisik dan kejiwaan karena sikapmu. Kau tempatkan aku sesukamu. Kadang buku-bukumu yang tebal itu menghimpitku dalam tas yang sejak dari kau beli belum sekalipun kau cuci sampai sekarang, itu bisa kutahu dari baunya. Belum lagi bila kau membawa makanan yang masih hangat sebagai bekal makan pagimu dikantor atau sekadar minuman dingin untuk menghilangkan haus ditempat kuliahanmu. Padahal banyak hal-hal yang penting yang kau titipkan kepadaku untuk kusimpan, aku bagai tempat penyimpanan bagimu yang dapat sewaktu-waktu kau ambil bila kau perlukan. Dan kau meletakkan ku begitu saja dalam tas besarmu itu, terhimpit, kepanasan, kedinginan disana.

Kau masih terus mencoba untuk dapat membuka gambar yang kau titip padaku kemarin, gambar yang kau peroleh saat browsing di internet. Namun tetap gagal. Kau berusaha membuang semua titipanmu padaku, tapi sayang kau tetap bisa. Ku rasa kau membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat melakukan itu, membuat aku seperti sediakala, bersih tanpa satupun barang titipan darimu.

Aku tahu kau sayang padaku. Itu terlihat dari asesoris yang kau kenakan padaku. Sebuah gantungan berbentuk mickey mouse berwarna merah jambu dengan cantelan bintang bermatakan warna yang sama. Tapi kau hanya mempercantiku saja, dan memperlakukanku dengan buruk sekali.

Kurasa ini sudah menjadi pelajaran bagimu. Bila hal-hal yang kau titipkan kepadaku kau rasa penting maka lakukan prosedur tertentu terhadapku.

Paling tidak kau bisa melakukan Safely Remove Hardware
Kau tinggal meng-klik “safely remove USB mass storage device-drive(…)”
Menunggu beberapa saat, dan aku sudah bisa aman untuk kau cabut dari computer dan satu lagi tolong kau letakkan aku di tempat yang baik. Tidak terhimpit-himpit, kepanasan dan kedinginan. Ini untuk kelanggengan kebersamaan kita.

Terimakasih…by Data Traveler 512MB milikmu

Kekuatan Pujian

Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di Eropa, wanita bersuara bagus. Dia bersuamikan seorang pemusik dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada, birama, dan hal lain di bidang musik, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika isterinya menyanyi.

Kalau isterinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti; bagian depan kurang tinggi. Lain kali dia berkata, bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik, "bagian akhir harusnya "kres".. naik sedikit.

Selalu saja ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau isterinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi.Dia berkeputusan "Wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran..."

Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu isterinya bersuara bagus dan dia selalu memuji isterinya kalau bernyanyi.

Suatu ketika isterinya bertanya, "Pak, bagaimana laguku?"
Dia menjawab antusias, "Ma, saya ini selalu ingin cepat pulang karena mau dengar engkau menyanyi."
Lain kali dia berkata, "Ma, kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau menyanyi, lagu mu lah yang terngiang-ngiang"

Istrinya sangat bersuka cita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih.

Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam dan mengeluarkan kaset volume pertama dan ternyata disambut baik oleh masyarakat. Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.

Sedikit pujian memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan, semangat untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.

Lama Panggilan 00:03:23

Tut…tut…tut…tut…tut…tu…
“Halo” sahut suara dari seberang hp ku.
“Halo, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” jawab suara itu lagi.
“Belum tidur Mo?” tanyaku basa-basi.
“Mau tidur ni”
“Aku ngeganggu ya?”
“iya” jawabmu tanpa basa-basi.
“hihihihi….” Jujur banget niy orang. Tapi aku suka kamu yang begini
“Apa kabar Mo?”
“Baik. Hanum apa kabar?”
“Baik. Sehat banget malah, sekarang Hanum malah udah gemuk”ujarku dengan suara riang
“Senang ya?” ujarmu datar.

Aku lalu menjelaskan bahwa kemarin aku ke Tangse dan disana kerjaku makan tidur, makanya aku jadi gemuk. Memang itu cuma alasanku saja. Aku tidak ingin kamu berfikir bahwa sekarang aku senang dan saat-saat dulu aku bersamamu aku tidak senang. Aku menikmati kebersamaan kita kok.

Setelah berbicara dengan singkat lalu kita memutuskan obrolan kita,“Ya udah ya Mo, salam buat Teguh”
Teguh, adik sepupumu yang saat ini bersamamu di Kota Kembang itu untuk berlibur.
“Iya. Commo mau tidur, capek seharian jalan”
“Assalamualaikum” lanjutmu.
“Wa alaikumsalam” jawabku.
Tut……..tertulis di hp ku lama panggilan 00:03:23

Ini obrolan pertama kita. Setelah kita memutuskan untuk tidak bersama lagi dalam ikatan yang disebut “pacaran” oleh kebanyakan orang, sejak itu kita tidak saling ngobrol dan berjumpa lagi. Hanya pesan-pesan singkat melalui sms yang kita lakukan sekedar menayakan kabar, itupun bisa dihitung dengan jari.

Ada rasa kangen untuk berjumpa sekedar menatap wajahmu dan ngobrol sekedar mendengar suaramu dan menyimak setiap kata-katamu saat membacakan monolock-mu di tidur malamku.

Sampai jumpa lagi Mo…aku kangen lho… :)

Tuesday, April 10, 2007

Request

Berawal dari perkenalan dalam dunia maya yang aneh dengan mu. Kau jauh tapi begitu dekat bagi ku. Sosok mu mengingatkan ku pada saudara laki-laki ku. Sekarang kau sedang berada di negeri perantauan. Negeri sakura kata mu, Negeri Matahari terbit kataku. Sikapmu yang bijaksana membuat aku bersimpati kepada mu. Belum lagi kau begitu memperhatikan ku, mau bersusah payah mengajarkan ku bahasa negeri sakura itu. Walau aku sudah menyerah duluan sebelum kau mengajari ku.

“Asal ada kemauan pasti bisa kok. Siapapun klo mau belajar pasti pinter. Gak ada istilah orang goblok, yang ada cuma orang males aja” (ex.civic_falestra :2/5/2007 8:21:40 PM) begitu ujar mu saat aku merasa kesulitan mempelajari bahasa negeri penjajah yang pernah menjajah Indonesia selama kurang lebih tiga tahun setengah itu.

Sebagai anak Surabaya engkau juga tidak melupakan bahasa daerahmu. Kau juga fasih dengan bahasa daerahmu. Yang membuat aku kagum kau selalu mau berbagi ilmu apa saja kepadaku. Termasuk ilmu buat ngerjain orang-orang yang mengganggu Room Jakarta Global 54 atau 67 kesayanganmu juga aku.

Terus terang saat melihatmu pertama kali melalui webcam aku kaget, karena kau berbeda dengan sosok yang ku bayangkan selama ini. Dari ciri-ciri fisikmu aku bisa tahu kalau kau bukan asli keturunan nusantara, dan ternyata benar. Kau lahir dari rahim seorang wanita asal Jawa dan memiliki ayah seorang keturunan Thionghoa. Tapi itu nggak membuat aku terus menjauhi mu. Malah aku ingin lebih mengenalmu. Kau orang yang asyik untuk diajak ngobrol. Mulai dari tentang pengalaman hidup, tekhnologi sampai hal-hal baru yang lagi trend sekarang ini.

Kau seorang pekerja yang ulet menurut ku. Itu ku tahu dari ceritamu yang telah melang-lang buana hampir ke seluruh pulau di nusantara ini untuk bekerja. Mulai dari bekerja di toko roti sampai di perusahaan Futuba sekarang ini di negeri Sakura itu. Dan semua kau lakukan dengan penuh suka cita. Bagimu bekerja seperti berekreasi, kau nikmati setiap detiknya. Malah kini kau menguasai banyak bahasa daerah lain tempat kau pernah mampir dan bekerja disana.

Masa lalumu sudah mengubah cara berfikir dan bersikapmu. Itu yang kutangkap saat berbincang denganmu tentang keluargamu. Seakan itu jadi cambuk bagimu. Kini kau menjadi lebih sayang dan peduli kepada orang tua, keluarga, teman dan orang-orang disekelilingmu, seperti kepada ku, hihihi.....
Dan kau telah meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk mu.

"Hajime mashite" Itu kalimat pertama yang kau ajarkan kepadaku saat memulai belajar bahasa sakura itu.

Dan kau menerjemahkannya sebagai "Perkenalkan nama saya", lalu kau lanjutkan dengan kalimat-kalimat lain yang terdengar asing di telingaku, tapi mengasyikkan dan seru. Kadang dengan bahasa itu aku menyapamu di Room kita. Membuat para chatter di room itu keheranan, mungkin lebih tepatnya iri. Haha...
Itu menjadikan kau terasa semakin dekat padaku. Lain waktu kau mengajarkan aku untuk menggunakan program-program baru dari internet, dan dengan sabar kau membimbingku, padahal aku gaptek (gagap tekhnologi) banget. Temanku saja suka sebel kalau mengajari aku menggunakan layanan-layanan di internet ini, suka nggak ngerti-ngerti (semoga temanku nggak membaca tulisan ini). Dan membuat kesabarannya hilang. Hihihi...
Suatu hari kau mengatakan minta dibuatkan tulisan untukmu di blog aku yang masih bayi ini. Aku langsung setuju. Tapi aku nulis apa ya?

"Buatkan saja puisi untuk ku" ujarmu memberi ide.

"Ah mana bisa aku buat yang kayak gitu mas" Lalu aku mulai berfikir untuk membuat sebuah tulisan dengan latar belakang perkenalan kita dan saat aku belajar bahasa Jepang bersamamu.

Nah, ini hasil tulisanku mas. Jelek ya. Maklum amatir.

Hi...
Arigato...
sayonara, matta aimasyo...

Sekilas Info dari Nanggroe

HIMBAUAN MAHASISWA UNSYIAH UNTUK RAKYAT ACEH
“RAKYAT ACEH MAKIN MISKIN, PEJABAT BRR MAKIN KAYA”


Gaji yang cukup besar para pejabat Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) NAD- Nias membuat deru derita baru rakyat Aceh. Kepala Bapel BRR menerima gaji 60 juta lebih perbulan dikali dengan 4 tahun maka seorang pejabat BRR menerima gaji 2,880 milyar lebih, ditambah lagi belanja aparatur lainnya.

Bahkan pejabat BRR yang duduk di Dewan Pengawas dan Dewan Pengarah bergaji besar tersebut tidak pernah pergi ke Aceh untuk mengarahkan kerja BRR, tapi mereka juga mendapatkan gaji puluhan juta rupiah. Yang lebih ironis lagi adalah Dewan Pengawas dan Dewan Pengarah BRR sudah menjadi Almarhum tapi mereka masih mendapatkan gaji besar dari BRR dengan alasan belum ada Kepres baru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mungkinkah mayat mengambil gaji di BRR?

Kegemukan stuktur di BRR juga sangat menguras dana rekonstruksi. Disatu sisi ada Dewan pengawas di sisi lain ada Deputi pengawas yang mempunyai tugas yang sama yakni untuk mengawasi Bapel BRR NAD-Nias.

Mungkinkah sejarah Petro Dolar Aceh kembali terulang? Daerah yang dulu pernah berjaya kemudian hanya membuat kaya segelintir orang dan rakyat Aceh kembali hidup dibawah garis kemiskinan. BRR yang saat ini memiliki dana cukup besar dapat membuat masyarakat Aceh sejahtera atau memperkaya beberapa orang saja???

Sangat disalutkan sederetan aktivis, Akademisi, Politikus, militer, wakil rakyat serta tokoh-tokoh Aceh yang sudah terlibat didalam sistem rekon Aceh di BRR ternyata DIAM tak berbicara, mungkinkah mereka sudah mendapat apa yang mereka inginkan? Sehingga mereka melupakan apa yang menjadi harapan rakyat AcehMari kita doakan saudara-saudara kita yang berada di BRR yang sudah kenyang dengan surga BRR, sehingga Allah memberikan hidayah kembali bagi mereka untuk berada di jalan yang benar

”MAU HIDUP NYANTAI TAPI BANYAK UANG…
KERJA DI BRR, GAJI PASTI BANYAK”
TANYA KENAPA???
BECAUSE WHY, KARENA BRR NGGAK TAHU DIRI
THAT’S RIGHT BROTHER

Itulah tulisan selembaran yang ku dapatkan sewaktu aku melintasi Simpang Lima kota Banda Aceh untuk menuju warnet. Pada bundaran tersebut berkumpul mahasiswa dan mahasiswi berjas almamater Unsyiah Aceh. Mereka mengusung beberapa spanduk dan tulisan di karton sambil membagi-bagikan selebaran. Ada juga sesosok mayat yang tidur di pinggir trotoar dengan sebuah tulisan disebelahnya “Apakah Mayat Bisa Mengambil Gaji di BRR?”.

Ada juga kulihat beberapa orang petugas kepolisian berjaga-jaga disana. Demontrasi kecil-kecilan dari mahasiswa pikirku. Dan biasanya hanya jadi angina lalu saja. Aceh akan tetap begini pikir ku. Kemakmurannya hanya jadi milik segelintir orang, bahkan mereka yang menikmatinya bukan anak Nanggroe ini. Tapi kini pemerintahan di Aceh telah berganti. Besar harapan ku Aceh bisa makmur dan sejahtera dan berjaya kembali.

MALPRAKTEK MEDIK

Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dengan dakwaan melakukan malpraktek makin meningkat dimana-mana, termasuk di negara kita. Ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya. Disisi lain para dokter dituntut untuk melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab. Seorang dokter hendaknya dapat menegakkan diagnosis dengan benar sesuai dengan prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai standar pelayanan medik, dan tindakan itu memang wajar dan diperlukan.

Di Negara-negara maju tiga besar dokter spesialis menjadi sasaran utama tuntutan ketidaklayakan dalam praktek, yaitu spesialis bedah (ortopedi, plastic dan syaraf), spesialis anestesi dan spesialis kebidanan & penyakit kandungan.

Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim di pergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Yang dimaksud dengan kelalaian disini adalah sikap kekurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medik.

Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum “De minimis noncurat lex,” yang berarti hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele. Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminil.

Tolak ukur culpa lata adalah:

1. Bertentangan dengan hukum

2. Akibatnya dapat dibayangkan

3. Akibatnya dapat dihindarkan

4. Perbuatannya dapat dipersalahkan

Jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran di bawah standar.

Malpraktek medik murni (criminal malpractice) sebenarnya tidak banyak dijumpai. Misalnya melakukan pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau adanya dokter yang sengaja melakukan pembedahan pada pasiennya tanpa indikasi medik, (appendektomi, histerektomi dan sebagainya), yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, jadi semata-mata untuk mengeruk keuntungan pribadi. Memang dalam masyarakat yang menjadi materialistis, hedonistis dan konsumtif, dimana kalangan dokter turut terimbas, malpraktek diatas dapat meluas.

Pasien/keluarga menaruh kepercayaan kepada dokter, karena:

- Dokter mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menyembuhkan penyakit atau setidak-tidaknya meringankan penderitaan.
- Dokter akan bertindak dengan hati-hati dan teliti
- Dokter akan bertindak berdasarkan standar profesinya.


Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika:
- Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran
- Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak lege artis)
- Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati
- Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum

Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik kedokteran, maka ia hanya telah melakukan malpraktek etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian kerena kelalaian, maka penggugatan harus dapat membuktikan adanya 4 unsur berikut:

- Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien
- Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakan
- Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya
- Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar

Kadang-kadang penggugat tidak perlu membuktikan adanya kelalaian yang tergugat. Dalam hukum terdapat suatu kaedah yang berbunyi “Res Ipsa Loquitur”, yang berarti faktanya telah berbicara, misalnya terdapatnya kain kasa yang tertinggal di rongga perut pasien, sehingga menimbulkan komplikasi pasca bedah. Dalam hal ini maka dokter lah yang harus membuktikan tidak adanya kelalaian pada dirinya.

Kelalaian dalam arti perdata berbeda dengan arti pidana. Dalam arti pidana (kriminil), kelalaian menunjukkan kepada adanya suatu sikap yang sifatnya lebih serius, yaitu sikap yang sangat sembarangan atau sikap sangat tidak hati-hati terhadap kemungkinan timbulnya resiko yang bisa menyebabkan orang lain terluka atau mati, sehingga harus bertanggung jawab terhadap tuntutan kriminal oleh Negara.

Contoh Kasus
1. Seorang dokter memberi cuti sakit berulang-ulang kepada seorang tahanan, padahal orang tersebut mampu menghadiri sidang pengadilan perkaranya. Dalam hal ini dokter terkena pelanggaran Kode Etik Kedokteran (KODEKI) Bab-I pasal 7 dan KUHP pasal 267.
KODEKI Bab I pasal 7
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
KUHP pasal 267Dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang adanya atau tidak adanya penyakit, kelemahan atau cacat, dihukum dengan hukuman penjara selama 4 tahun.

2. seorang penderita gawat darurat dirawat di suatu rumah sakit dan ternyata memerlukan pembedahan segera. Ternyata pembedahan tertunda-tunda, sehingga penderita meninggal dunia. Pelanggaran etik dan hukum kasus ini ada 2 kemungkinan:

a. jika tertundanya penbedahan tersebut disebabkan kelalaian dokter, maka sikap dokter tersebut bertentangan dengan lafal sumpah dokter, KODEKI Bab II pasal 10 dan KUHP pasal 304 dan 306
Lafal sumpah dokter:

Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.
KODEKI Bab II pasal 10

Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan.KUHP pasal 304
Barang siapa yang dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan seseorang dalam kesengsaraan, sedangkan ia wajib memberi kehidupan, perawatan dan pemeliharaan berdasarkan hukum yang berlaku baginya atau karena suatu perjanjian, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-KUHP pasal 306(2) jika salah satu perbuatan tersebut berakibat kematian, maka bersalah dihukum dengan hukuman perjara selama-lamanya 9 tahun.

b. jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan keluarga penderita belum membayar uang panjar untuk rumah sakit, maka rumah sakitlah yang terkena pasal-pasal KUHP 304 dan 306, sedang dokter terkena pelanggaran KODEKI.

Jadi walaupun kesadaran hukum meningkat akhir-akhir ini, namun untuk menegakkan hukum itu di tengah-tengah masyarakat, masih menghadapi hambatan-hambatan. Hambatan lain tentunnya, bahwa unsur-unsur penegak hukum kadang kala belum siap menangani kasus-kasus yang diajukan, karena terbatasnya pengetahuan dalam bidang medik dan belum adanya perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kasus-kasus yang diajukan.

Walaupun dalam KODEKI telah tercantum tindakan-tindakan yang selayaknya tidak dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya, akan tetapi sanksi bila terjadi pelanggaran etik tidak dapat diterapkan dengan seksama.

Dalam etik sebenarnya tidak ada batas-batas yang jelas antara boleh atau tidak, oleh karena itu kadang kala sulit memberikan sanksi-sanksinya.

Di negara-negara maju terdapat Dewan Medis (Medical Council) yang bertugas melakukan pembinaan etika profesi dan menanggulangi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap etik kedokteran.

Di Negara kita IDI telah mempunyai Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), baik di tingkat pusat maupun di tingkat cabang. Walaupun demikian, MKEK ini belum lagi dimanfaatkan dengan baik oleh para dokter maupun masyarakat.

Masih banyak kasus yang keburu diajukan ke pengadilan sebelum ditangani oleh MKEK. Oleh karena fungsi MKEK ini belum memuaskan, maka pada tahun 1982 Departeman Kesehatan membentuk Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK) yang terdapat pula di pusat dan di tingkat propinsi.

Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktek etik yang tidak dapat ditanggulangi oleh MKEK, dan memberi pertimbangan serta usul-usul kepada pejabat berwenang.Jadi instansi pertama yang akan menangani kasus-kasus malpraktek etik ialah MKEK cabang atau wilayah. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh MKEK dirujuk ke P3EK Propinsi dan jika P3EK Propinsi tidak mampu menanganinya maka kasus tersebut diteruskan ke P3EK Pusat.

Begitu juga kasus-kasus malpraktek etik yang dilaporkan kepada propinsi, diharapkan dapat diteruskan lebih dahulu ke MKEK Cabang atau Wilayah. Dengan demikian diharapkan bahwa semua kasus pelanggaran etik dapat diselesaikan secara tuntas.

Tentulah jika sesuatu pelanggaran merupakan malpraktek hukum pidana atau perdata, maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam hal ini perlu dicegah bahwa oleh karena kurangnya pengetahuan pihak penegak hukum tentang ilmu dan teknologi kedokteran menyebabkan dokter yang ditindak menerima hukuman yang dianggap tidak adil.

[ dikutip dari buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan: M Yusuf Hanafiah]

Monday, April 9, 2007

Kisah Perjalanan Tangse

Saat-saat keberangkatan
Pukul 09.20 (waktu menurut jam tanganku), mobil Mitsubisi L-300 dengan nomor polisi BL 1308 PB tiba dirumahku. Itu adalah mobil penumpang yang akan membawaku menuju Tangse. Kulihat Mila langsung keluar dari dalam mobil dan menyuruhku masuk kedalam mobil.

"Maaf lama, sopirnya jemput penumpang lain dulu, mana mutar-mutar jalannya.” bisik Mila, merasa tidak enak denganku. Bayangkan saja telat 1 jam 20 menit dari jadwal. Ditambah lagi kursi yang seharusnya di isi dengan 3 orang kali ini harus diisi 4 orang. Jadi kebayangkan sempitnya didalam sana.

Untung yang duduk dideretanku orangnya kecil-kecil. Lalu mobil itu melaju lagi. Kukira kali ini langsung berangkat, tidak tahunya menjemput seorang penumpang lagi. Padahal udah padat banget. Kalau dijumlah dari kursi supir ada 3 orang perempuan dewasa ditambah sopir, lalu baris kedua ada aku, Mila, dan sepasang suami istri dan kedua anaknya, baris ketiga ada 4 orang dewasa dan seorang anak kecil dan dibaris keempat (paling belakang) ada 2 orang laki-laki dewasa, jadi keseluruhan adalah 14 orang dewasa dan 3 anak-anak. Padahal standarnya 11 orang dewasa. Untungnya semua jadi tidak terasa karena sepanjang jalan aku dan Mila asyik ngobrol, maklum udah lama tidak jumpa.

***
Hari-hari di Tangse
Pukul 13.20 (masih waktu menurut jam tanganku). Aku tiba dirumah Aziziah (tempat aku nginap). Di desa bernama Krueng Dhot (desa di kecamatan Tangse Kabupaten Aceh Pidie). Kami disambut ramah Azizah dan keluarganya. Setelah salaman dan cipika cipiki (cium pipi kanan- cium pipi kiri) kami langsung disuruh makan.

Bersama keluarga Azizah Dari kiri, mamak, Rizki (adik angkat Azizah), Azizah, aku, Mila, Mansur (adik Azizah), Chairunnisa (adik Azizah)

Setelah sholat, aku dan Mila memutuskan untuk jalan-jalan ke sungai, karena dirumah masih ada kenduri (untuk ayahnya yang sudah almarhum) dan tamu masih berdatangan maka Azizah tidak bisa ikut menemani. Setelah melewati jalan setapak yang menurun, sungai sudah kelihatan. Aku langsung turun. Kulihat ada sepasang sandal tergeletak disitu dan mulai mencari pemiliknya tapi sial, haiks…ternyata ada yang lagi buang hajat (full view) duh malunya. Wah belum apa-apa aku udah sial. Mila langsung cekikikan liat aku yang yang salah tingkah.

Sekarang aku lebih hati-hati kalo mau turun ke sungai liat dulu apakah ada pengunjung lain atau tidak (kebiasaan orang kampung, buang hajat di sungai). Cuaca saat itu mendung, hujan rintik-rintik, tapi kita nekad untuk turun ke sungai. Tidak begitu dalam airnya sehingga kali ini aku memutuskan untuk menyusuri sungai bukan dari tepiannya tapi langsung ditengah-tengah sungai. Asyik, tapi harus hati-hati karena batunya licin. Sempat foto anak-anak lagi mandi juga. Lalu setelah asyik disungai, Mila mengajak untuk mampir ke rumah Cut Bit (panggilan untuk adik mamaknya Azizah). Aku nurut saja. Soalnya aku kan belum pernah kesini. Kalau Mila sudah beberapa kali.

1. Sungai yang berada di belakang rumah Azizah, 2. Anak-anak sekitar yang mandi dan bermain di sungai, 3. Bersama Mila (seneng banget bisa ke Tangse sama-sama)

Sesampainya di rumah Cut Bit kami disuguhi teh dan durian plus lemang (pasangan kalo makan durian) kesukaan Mila, aku tidak ikut makan karena tidak suka durian. Cut Bit orang yang ramah, sepanjang obrolan tertawa terus, aku juga ikut tertawa. Tapi tidak sepatah katapun keluar dari bibirku. Soalnya aku tidak begitu bisa bahasa Aceh. Tapi aku mengerti sebagian besar yang dikatakannya.

Pukul 15.50 (waktu menurut jam tanganku), sepertinya kami harus kembali ke rumah Azizah. Maka kamipun pamit untuk pulang sama Cut Bit. Saat diluar sebagai tamu yang baik aku mesti menggucapkan kata-kata perpisahan. Maka sambil memegang kepala cucu Cut Bit yang kecil aku bilang, “Pulang dulu ya, nanti kami mampir lagi kesini,” serta merta seluruh yang ada disitu jadi diam semua. Seperti ada malaikat lewat. Lalu aku segera sadar kalo mereka tidak mengerti apa yang aku ucapkan (parah banget mereka, sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia. Kalau keluarga Azizah semua mengerti bahasa Indonesia). Kontan aku tertawa dan mereka juga ikut tertawa. Lalu penerjemahku (Mila) langsung mengambil alih menjelaskan kepada mereka. Hahahaha...

Mila bersama keluarga Cut Bit (jilbab hijau), kelihatan kan kalau mereka lebih suka pakai kain sarung

Saat maghrib tiba, kami shalat berjamaah. Mamak Azizah bertindak sebagai imam untuk anak-anak cewek. Setelah itu rencananya kita akan mengikuti acara “Dakwah”(ceramah menyambut Maulid) di Meunasah (mushala). Tapi diluar hujan deras banget jadi kayaknya batal untuk ikut menghadiri dakwah. Jadi setelah shalat maghrib aku tidur saja (dingin banget di Tangse, bawaan lapar dan ngantuk). Jangan salah kalo cuma 2 hari di tangse aku udah kelihatan gemuk.
Sekitar jam 21.50 hujan reda, dan kami memutuskan untuk datang ke acara dakwah di Meunasah. Sesampai disana acara dakwah sudah dimulai. Tengku (panggilan untuk ustadz di Aceh) sedang menceritakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Aceh. Aku antara tahu dan tidak tetap mendengarkan, dan sekali-sekali coba jepret sana, jepret sini. Tapi hasilnya kurang bagus karena cahaya yang minim banget.

Mengenai Teknologi dan Transportasi

Paling tidak Tangse bukan daerah yang tertinggal banget. Ada listrik, PDAM, jaringan Telp, bahkan dibeberapa rumah ada parabola. Mengenai jaringan untuk HP memang ada, tapi buruk banget.
Selama aku disana baru sewaktu aku akan pulang ada sinyal. Itupun sebatas jaringan dari Telkomsel. Yang bisa kukatakan kalau disana hampir setiap rumah memiliki motor. Orang Aceh mengatakan motor kereta atau Honda (ini bukan menyatakan brand tertentu, tapi Honda itu jadi identik dengan motor untuk orang Aceh. Walaupun kita naik motor dengan merk yang lain tetap dikatakan Honda), dan untuk mobil disebut motor. Jadi jangan heran kalau kamu ke Aceh terus nanya mau kewarung saja mereka naik kereta, itu bukan kereta seperti umumnya yaitu kereta api, tapi kereta yang dimaksud itu motor. Dan saat dikatakan naik motor, yang kamu lihat mereka membawa mobil. Jembatan penghubung di Tangse rata-rata adalah jenis jembatan gantung.

Karena Tangse dikelilingi sungai, dan jembatan gantung banyak digunakan disana. Jalan di tangse sudah beraspal, khususnya jalan Negara. Hanya saja kadang longsong membuat kita akan sulit untuk melewati jalan-jalan itu. Apalagi bila sehabis hujan, harus hati-hati banget.

Sarana MCK

Nah yang bikin aku gak nyaman disana adalah sarana MCK. Kamar mandinya minimalis banget. Dinding kayu yang tidak rapat, antara kayu yang satu dengan yang lain terdapat celah-celah, jadi kalau mau mandi kita harus pakai basahan (kain sarung, karena takut diintip). Terus WC juga begitu. Dan masih banyak rumah-rumah yang tidak memiliki WC sendiri, sehingga sungai menjadi tempat untuk MCK. Kamu juga akan menemuai MCK-MCK mini (sekedar tertutup sekitar satu meter sekelilingnya) di sepanjang jalan di Tangse. Setiap ada mata air, disitu pasti ada MCK mininya. Itu ditujukan untuk pejalan yang tiba-tiba ingin buang air kecil atau whuduk.

Hasil Kebun

Disepanjang jalan yang kulalui menuju kerumah Azizah, kulihat kalau disemua rumah rata-rata memiliki pohon coklat, pinang, kopi, durian, langsat, kelapa. Tapi yang paling banyak dan rata-rata ada yaitu pohon coklat. Dan Durian Tangse sudah sangat terkenal dengan rasanya yang enak dengan daging buah yang tebal. Kalau musim durian tiba maka durian Tangse bakal banyak dicari. Bahkan orang-orang kota rela untuk datang langsung ke Tangse untuk membeli durian dari kebunnya.

Hasil Persawahan

Tangse terkenal dengan berasnya yang sangat enak. Bahkan makan nasi dengan kerupuk saja sudah sangat enak, asalkan berasnya beras Tangse. Makanya jangan heran dua hari disini sudah membuat aku gemuk, makan melulu sih. Sayur-sayurnya juga memiliki mutu yang bagus. Cabai, tomat, kol, adalah beberapa hasil persawahan di Tangse. Itu akan kamu temui sepanjang jalan di Tangse. Sawah yang sedang ditanami padi atau tanaman cepat panen seperti cabai, bawang, kok dll.

Makanan

Masakan Tangse hampir sama dengan masakan Aceh pada umumnya, pedas dan kaya akan rempah-rempah. Walaupun begitu aku masih suka masakan Banda Aceh. Hanya saja di Tangse sangat kurang jajanan. Mungkin orang disini tidak biasa untuk makan makanan kecil. Kamu tidak akan menemukan KFC, pizza, burger, bahkan bakso saja tidak tersedia disana. Selama aku disana aku cuma makan nasi, paling makan mie goreng di warung sewaktu jalan-jalan.

Kebiasaan

kebiasaan orang-orang disini sering pakai ija krung (baca: kain sarung), baik perempuan maupun laki-laki. Tidak boleh pakai baju dan celana yang ketat. Boncengan satu motor cewek-cowok yang bukan pasangan sah (sudah menikah). Kebanyakan laki-lakinya hanya sampai sekolah SMU saja. Lalu banyak menghabiskan waktu di dayah (pesantren). Cita-cita tertinggi mereka menjadi seorang Tengku (baca: ustadz), dan itu juga cita-cita orang tua mereka. Punya anak laki-laki Tengku dan kalau bisa punya menantu seorang Tengku. Seputar itu deh. Itu ku tahu saat bincang-bincang dengan adik Azizah (perbincangan yang aneh: dia ngomong dalam bahasa Aceh, aku jawab bahasa Indonesia, lalu dia balas dengan bahasa Aceh lagi, aku tetap menjawab dengan bahasa Indonesia…hihihi)

Pukul 06.15 keesokan harinya (waktu menurut jam dikamar Azizah). Aku langsung mandi dan segera untuk shalat subuh. Azizah sampai keheranan melihat aku mandi pagi-pagi sekali. Karena dingin banget airnya. Aku bela-belain mandi karena saat itu saat yang paling nyaman untuk mandi (sepi dan yang lain masih pada tidur).

Setelah bantu-bantu nyapu rumah dan cuci piring, kami merencanakan untuk pergi ke Ie Rheut (ie=air, rheut=jatuh, ie rheut=air terjun)Sepanjang perjalanan menawarkan pemandangan yang indah. Untuk menuju kesana kami harus melewati kota kecamatan Tangse (kota diatas bukit). Ie Rheut berada didesa Alue Lhok.

Kira-kira 30 menit dari desa Blang Dhot. Sesampai disana ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Hanya air terjun kecil (menurutku belum bisa dibilang air terjun), tapi pemandangan menuju ke Ie Rheut bagus banget. Lalu kami melanjutkan perjalanan kembali menuju rumah. Karena rencananya siang ini aku akan kembali ke Banda Aceh.


Lagi-lagi sial, karena ternyata mobil yang berangkat ke Banda Aceh siang ini tidak ada. Padahal itu satu-satunya mobil yang menuju ke Banda Aceh siang ini. Aku dan Mila sudah mulai cemas. Karena aku harus kerja besok dan Mila juga harus kuliah. Akhirnya diputuskan untuk nanti malam menunggu mobil dari Meulaboh yang menuju Banda Aceh.

Karena tidak jadi pulang siang itu, maka sorenya aku diajak untuk pergi ke rumah salah satu Tengku untuk menjengguk istrinya yang baru saja melahirkan. Aku setuju tapi karena harus pakai rok, dan aku tidak bawa persediaan rok maka aku batal ikut mereka, tapi Mila ikut. Azizah maksa aku ikut dengan cara aku pakai ija krung (kain sarung). Ogah ah, dari pada disuruh pergi pakai kain sarung mending aku tidur dirumah.

Sehabis magrib aku bersiap-siap untuk berangkat pulang. Tapi diluar hujan deras sekali. Lalu abang Azizah menyarankan untuk pulang besok pagi saja. Karena takut ada longsor. Dan kali ini aku tidak bisa berbuat apa-apa, habis sudah usahaku untuk dapat masuk kantor esok. Dan aku pasrah. Dan untuk besok abang Azizah sudah menbooking tempat untuk mobil yang kami tumpangi (biasa…di dekat pintu di baris kedua).

***
Come home
Sebeeeeeelllll...Mual…Alhamdulillah. Itu tiga kata yang mewakili saat aku berangkat dari Tangse menuju Banda Aceh.
Sebel karena aku tidak dapat tempat duduk yang sesuai dengan pesananku. Mana aku dan Mila duduk terpisah lagi. Aku duduk di baris ketiga dan diapit oleh seorang nenek dan seorang ibu yang gemuk sedangkan Mila tidak kalah sialnya duduk di baris pertama sama supir. Dia diapit oleh wanita gemuk. Ah mana dia kurang enak badan tadi.
Mual karena sepanjang aku dari Tangse sampai Banda Aceh, bau durian memenuhi mobil. Mana jalannya berbelok-belok lagi (jalan khas Tangse). Huek…huek…hampir saja aku muntah. Tapi aku tahan, kepalaku pusing bukan kepalang. Duh durian, engkau makin membuatku semakin tidak suka padamu. Aku memang tidak suka sama durian, baunya itu loh bikin pusing. Tapi mau gimana lagi, soalnya duriannya bukan punya siapa-siapa sih, itu durian kepunyaan Mila (doyan banget tuh anak sama durian). Jadi ya sabar aja. Tapi aku tau kalau dia agak rasa bersalah melihat aku yang merengut sepanjang perjalanan gara-gara bau durian.
Alhamdulillah…itu yang ku ucapkan ketika sampai di rumah. Akhirnya tiba juga dirumah dengan selamat. Dan langsung menelpon kantor untuk memberi kabar pada bos kalo aku baru saja sampai dari Tangse. Alhamdulillah beliau ngerti dan menyuruh aku istirahat saja, tidak usah masuk kerja hari ini. So, istirahat sambil buat laporan perjalanan ini jadi pilihanku.

Buat teman-teman yang ingin aku kunjungi, aku tunggu undangan kalian ya.

Kali ini via Langit ya...

Backsound : Estranged by Guns N’ Roses (langsung ingat kamu) dan Lets Make Love nya Faith Hill (kalau ini kamu dengerin pasti langsung ingat aku) dari musicmacth jukebox di computer ku.

Hari ini berlalu tanpa kehadiranmu. Serasa ada yang hilang dalam diriku. Ya pastilah, paling tidak aku kehilangan teman buat ngobrol malam ini. Tapi bayang dan semangatmu terus ada dijiwa ini.Saat ini kurasa kau sudah berada dirumahmu, rumah orang tuamu tepatnya.

Kau memutuskan untuk berakhir pekan ke kampungmu, setelah dua bulan lebih tidak mengunjungi mereka. Dan sialnya sinyal Simpati buruk banget disana. Sehingga aku tidak bisa menghubungimu malam ini. Walau hanya sekedar untuk mendengar suaramu.

Dan yang bikin kesedihan ini begitu sempurna adalah cuaca yang hujan disini membuat sang bulan tidak menampakkan bundarannya dilangit. Malam saat aku keluar rumah ingin sms-an atau chatting bersamamu.

Seperti janji kita untuk selalu berkomunikasi dengan bulan bila alat komunikasi buatan manusia tidak bisa menyentuh tempat-tempat tertentu. Seperti hari ini, malam ini. Tapi kurasa langitpun bisa menyampaikan kata-kata jiwaku padamu. Kita sms-an dan chatting via langit ya…
Sesekali asyik juga berada dalam keadaan tak berteknologi.

Hari ini kulewati sambil terus memikirkanmu. Asyik banget bila saat melakukan setiap kegiatan kau juga mendampingiku. Dimulai dengan melakukan pencarian dan coba mulai memikirkan. Setelah beberapa hari aku sibuk bersolek (katamu dalam sehari warna template blog-ku bisa berganti dari coklat…putih…abu-abu dan kini kembali putih), kayaknya tiba saatnya aku untuk mulai berbenah diri.
Terimakasih buat nasehatnya selama ini.

Oiya, satu lagi. Besok pagi aku juga akan pergi kekampung, bukan kampungku tapi kampung temanku. Dan kau tau. Jangankan buruk, sinyal simpatipun tidak sampai kesana. Kampuuuuuung banget daerahnya.

Aku akan benah-benah (beres-beres) dulu sekarang. Supaya besok gak terburu-buru. Tahukan perempuan banyak banget yang harus dibawa. Tapi kali ini aku akan bawa sesimpel mungkin. Dan kukira stok baju yang sudah lama dimusiumkan harus dikeluarkan kembali.

Hey, aku pergi ke kampung di daerah pedalamana Aceh (syariat Islam kental disana). Tidak mungkin aku pakai celana jeans dan baju kaos seperti sekarang. Paling tidak sepasang baju abaya sudah cukup untuk kubawa dan akan kupakai pada acara puncak Maulid. Selain beberapa pasang underwear (ini yang penting, gak mungkin minjam kan?).
Sampai jumpa lagi di peradaban ya…

***
Sok tahu banget aku. Memangnya Tangse seberapa tak berteknologinya siy? (ini PR buat ku)

KHS beres. Tangse...I'm coming...

Aku celinggak-celingguk dari bangku belakang motor yang dibawa Fian (temen se-dinasku) saat mulai memasuki halaman depan kampus untuk melihat apakah temanku Mila udah nyampe. Soalnya aku sudah janji untuk jumpa dikampus pagi ini. Memang aku agak telat siy, soalnya tiba-tiba mantan bosku datang kekantor dan ingin membahas sedikit tentang kerjaan.
Nah, itu dia disana lagi cekakak-cekikik sama teman-teman sekelasnya di teras kantor Biro.
“Aku ke akademik dulu ya,” teriakku dari atas motor, sambil tanganku menunjuk kearah gedung akademik.
Kulihat dia menggangguk.Teriak-teriak kayak dihutan saja aku pikir. Ah biar saja, toh kampus lagi sepi, masih musim libur siy. Hanya ada beberapa orang yang ku lihat di pelataran parkir, yang agak ramai di gedung akademik. Pasti lagi ngurus KRS atau ngambil KHS pikirku.
Langsung ingat sama nilai MK Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan ku yang tidak ada nilai.Sial, padahal aku sudah ikut ujian, gara-gara lembar jawabannya sembunyi entah dimana terpaksa aku harus ikut ujian ulang. Dan itu yang menjadi tujuanku juga datang kesini, mau ujian ulang yang sudah tertunda 10 hari gara-gara aku tidak bisa ijin dari kantor. Kalo dibilang siap siy tidak juga. Tapi aku selalu punya jurus andalan kalo udah tidak bisa lagi menjawab soal-soal ujian, tau tidak apa jurus ku? “Mengarang indah,” hahaha.
Untungnya MK-ku banyak yang hafalan jadi tidak mesti pasti-pasti banget jawabnya kayak yang dibuku (hanya untuk case tertentu). Asal intinya udah kena, udah deh. “Langsung pulang niy?” tanyaku pada Fian sesampai didepan gedung akademik.
“Lama nggak? Memang kamu mau masuk kantor lagi nggak?”
“Masuk, tapi ntar jam 12an”
“Oke, aku balik kantor aja. Pulang sendiri kan?”
“Yup” jawab ku sambil tersenyum manis (hi…itu juga kata kamu loh)
Langsung aku berjalan menuju pintu masuk ruang akademik. Setelah pandangan menyapu seluruh ruangan, aku langsung tertuju pada sosok cewek hitam manis yang duduk di belakang meja administrasi. Langsung kedekati dia. Sambil senyum aku berjalan kearahnya dan dia pun membalas senyumku.
Asyik…cuaca cerah niy “Gimana kak Ita? Jadi ujian ulangnya?”
“Udah beres, nilainya tanya aja langsung sama Bang Wan” ucapnya. Kali ini suara mu terdengar begitu merdu banget ditelingaku. Alhamdulillah, gak jadi ujian ulang dunk. Belum lagi aku sampai kemeja Pak Wan, dari jauh dia sudah teriak-teriak yang sok akrab gitu.
“Hey. Sini kamu. Udah saya jumpai dosenmu dan beliau langsung memberikan nilai,” ujarnya semangat 45.Sambil tersenyum senang aku langsung menghampirinya. Walau kau berteriak-teriak dengan suara jelekmu, tapi kali ini terdengar begitu merdu bagiku.
“Nilainya apa pak?” Tanya ku tanpa basa-basi“A”Lagi dunk…lagi…coba ulang sekaliiiii lagi, merdu banget siy suaramu saat mengucap satu kata itu.
Makin lebar saja senyumkuMenurut Pak Wan, nilai ini diambil berdasarkan pertimbangan nilai-nilaiku yang lain. Aku memiliki 6 nilai A, 4 nilai B, 1 nilai C dan 1 nilai D (yang tak terlihat olehnya ).Tapi kini, nilai D itu terlihat jelas sekarang.
“Bagaimana dengan nilai yang D ini? Apa nggak mau di konfirmasi?” tanyamu agak terkejut dengan satu huruf yang tidak mathcing dengan teman-temannya nonggol di data computermu.“Gak bisa di hubungi pak,” jawabku sekenanya.
“Beliau ada kok diruang biro,” ujarmu seakan menyarankan aku untuk menjumpainya. Sebenarnya 10 hari yang lalu saat kau bilang nilaiku ada yang D, aku sudah ingin temui dosen MK yang bermasalah itu.
Paling tidak aku sudah pernah sekali menelpon ke Hp dan rumahnya. Tapi tidak berhasil kutemui. Dan bagiku sekali mencoba sudah cukup. Lagian meminta-minta nilai kayaknya, “bukan aku banget deh”. Walau teman-temanku banyak yang melakukannya.
Ah kuliah kalo lurus-lurus aja kurang asyik kali ya.Ini kuanggap warna-warni dalam perkuliahan.“Ya sudah pak, biar saja begitu”
“Ya sudah kalau begitu, langsung saya print ya”
tetterettetet…..Mesin print sedang menjalankan fungsinya. Terlihat kertas KHS ku meluncur keluar. Terlihat deretan huruf-huruf dan angka-angka pada lembaran itu.
Ah,lumayan…“Makasi pak”Aku langsung ngacir untuk menjumpai Mila
***
“Hai Num…gimana? Udah ujiannya?” tanya Mila sesampai aku di sebelahnya
Mila adalah sahabatku. Kami sudah saling kenal semenjak 5 tahun yang lalu. Saat itu kami bekerja ditempat yang sama. Dari situ kami mulai akrab. Mila sangat pengertian dan sabar, itu yang membuat aku sayang padanya. Dia pernah selama 1 bulan tinggal dirumahku saat tsunami melanda Aceh. Saat itu dia tidak memiliki tempat tinggal lagi di kota ini. Keluarga kakaknya (tempat tinggal dia yang dulu) meninggal semua. Terus dia tinggal bersama saudaranya yang jauh, karena tidak betah lalu aku memintanya untuk tinggal bersamaku. Setelah satu bulan ternyata saudaranya yang lain sudah kembali kesini, dan dia tinggal bersama mereka sampai sekarang.
“Batal ujiannya, niy aku udah dapat KHS”
“Berapa?”
“3,25” sambil memperlihatkan lembaran KHS kuMemang gak seberapa siy dibanding kamu yang 3,75, kamu kan rajin. Tapi bagiku ini berkah banget. Soalnya aku males banget masuk kuliah. Selain sudah capek kerja, kamu kan tau sendiri kalo aku ini “Sleeping Beauty”. Makanya nilaiku ada yang D, gara-garanya aku tidak mengikuti midtest (ketiduran euy).
“So gimana rencana kemaren? Jadi gak kita ke Tangse? ke tempat Azizahkan?”
Azizah adalah teman Mila yang tinggal satu kamar dengannya. dia juga tidak punya tempat tinggal di Banda Aceh, maka Mila mengajaknya untuk tinggal bersama dengannya. Saat ini Azizzah sedang pulang ke kampungnya di Tangse. Dan mengundang Mila untuk datang kesana dan boleh juga membawa kawan-kawan yang lain juga. maka aku terpilih sebagai orang yang diajak untuk kesana. Aku kenal Azizah cuma sepintas saja. Cuma sekedar tahu saja. Pernah beberapa kali Mila membawanya untuk silahturahmi kerumahku.
“Jadi dunk. Besok ya jam 8 pagi. Terus kita pulang hari minggu siang. Gimana?” kau menjelaskan jadwal keberangkatan.
“Oke” jawabku antusiasasyik liburan…jalan-jalan…
“Udah minta ijin belum?” tanya mu mengingatkan.
Duh…“Belum siy. Nanti rencananya aku bilang”“Aku mau pesan tiket niy. Jangan sampe gak jadi ya?” Ujarmu menekankan.
“Beres. Pasti dikasi kok”
Pe-de banget aku. Padahal untuk nginep dirumah teman, ijinnya sulit banget. Apalagi keluar kota gini.“Nanti malam aku telpon ya” ucapmu saat berpisah denganku. Karena aku harus kembali kekantor.
***
Sore ini hujan, aku sedang asyik dengan komputerku. Nulis, dikit-dikit. Ah iya lupa, aku harus bilang niy kalo besok mau ke Tangse, tidak jauh kok, cuma 3 jam perjalanan.
“Mak, besok Aloh (nama rumahku) ke Tangse ya?” tanyaku yang masih didepan computer hanya saja badanku menghadap kearah ibuku yang lagi asyik nonton sinetron.
“Tanya ayah saja sana, mamak gak tau. Memang ada apa?”
“Ada acara Maulid di kampung Mila”
“Kamu kalo acara Maulid disini gak pernah mau ikut. Sekarang pakai pergi jauh-jauh cuma mau hadiri itu”
“Lain kan. Niy dikampung. Suasananya beda” jawabku meyakinkan. Namun ya tetap saja aku harus bicara dengan ayah lagi.
Sehabis maghrib aku menunggu ayah keluar dari kamar. Nah itu ayah sudah keluar menuju ketempatku duduk sekarang, di ruang keluarga.
“Yah, besok aloh ke Tangse ya?”
“Buat apa? Tidak boleh. Lagian disana jalannya masih jelek,” jawab ayah tegas banget.
“Gak jelek ah. Udah bagus kok,” jawabku lebih tegas lagi. Biar meyakinkan, walau aku tidak tahu. Pergi saja belum pernah.
“Kamu ada-ada saja…bla…bla…tidak boleh” ulang ayah lagi.
“Perginya sama Mila kok”Ayah tiba-tiba tidak membantah. Dan itu sebagai jawaban kalo ayah mengizinkan. Ah manjur juga nama Mila, kayak mantra aja. Ayahku lalu megijinkan. Senang siy walau agak sebel juga. Masa lebih percaya sama Mila dibanding aku. Tapi aku tidak peduli yang penting bisa pergi.
Tangseeeee…I’m coming… Tunggu ceritaku sepulang dari Tangse ya…

Ikut TSR Ah...

Siang yang panas. Dan aku berinisiatif untuk tidak kembali ke kantor setelah tadi mampir sebentar ke kampus untuk mengurus masalah nilaiku yang tidak keluar, gara-garamya lembar jawaban ku hilang, dan membuat aku gak punya nilai untuk satu MK, sehingga aku tidak bisa menerima KHS. Padahal aku sudah mengikuti ujian untuk semester ini.
Kali ini aku melangkahkan kaki menuju warnet tempat biasa aku nongkrong berjam-jam, kadang hanya untuk chating dengan teman-temanku atau mencari bahan makalah untuk tugas kuliah. Saat aku membuka pintu warnet, udara dingin dari AC langsung menerpa wajah ku, adem banget. Baru tiga langkah aku masuk ke dalam, tiba-tiba aku dikejutkan dengan seorang ibu paruh baya yang sudah sangat ku kenal. Langsung senyum ku mengembang dan langsung mengambil tangannya dan meletakkan di keningku. “Apa kabar Bu?” Tanyaku sambil terus memandangi wajahnya. Kau masih seperti yang dulu pikir ku, hanya kerut ketuaan yang bertambah di wajah mu. Tapi binar itu tetap tampak di mata mu. Kau orang yang selama tiga tahun membimbing ku. Mana bisa aku lupa pada mu.
Beliau adalah guru ku di SMU. Beliau mengajar pelajaran Bahasa Inggris dan beliau juga Pembina PMR di sekolah. Guru yang sangat telaten dalam membimbing muridnya. Beliau bukan hanya guru tapi juga teman, sahabat, kakak, orang tua bagi ku dan ku rasa juga bagi murid-murid yang lain.
Setelah mengobrol beberapa saat, aku menanyakan apakah beliau masih mengurusi kegiatan PMI di kota ku. Karena telah lama aku tidak bergabung lagi disana semenjak aku sudah mulai bekerja. Dan dia menganjurkan kepada ku untuk kembali aktif sebagai TSR singkatan dari Tenaga Suka Rela. Yang mana sebelumnya aku terdaftar sebagai anggota KSR (Korp Suka Rela) sejak aku lulus dari SMU. Aku aktif sebagai anggota PMR di SMU juga sebagai salah satu anggota Paskibraka di sekolah. Namun aku lebih banyak melakukan kegiatan di PMR. Selain memang aku suka, juga karena beliau sebagai pembinanya. Aku dan anak-anak PMR lainnya merasa sangat diayomi oleh beliau.
PMR, KSR dan TSR adalah kelompok-kelompok kecil di PMI. Kalau PMR beranggotakan siswa SMP dan SMU, maka KSR beranggotakan mahasiswa atau ex siswa alias yang sudah tamat dari SMU. Sedang TSR beranggotakan KSR-KSR yang sudah bekerja atau tidak bisa secara aktif mengikuti kegiatan PMI. Mereka banyak hanya menjadi fasilitator dalam kegiatan-kegiatan PMI dan sebagai penyokong dana, soalnya mereka kebanyakan orang-orang sibuk dan sudah bekerja.
Saat menjadi anggota KSR aku dan teman-teman melatih adik-adik PMR dalam bidang kepalang-merahan. Dari mulai membalut luka, membuat tandu, memasang tenda. Yang paling digemari pelajaran tentang penangangan henti jantung, soalnya pertolongannya dengan memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut. Hehehe…dasar otak mesum. Di sana kita belajar tentang P3K. Mengenai apa yang dilakukan bila tiba-tiba kita bertemu dengan korban kecelakaan atau keracunan, tenggelam, digigit ular berbisa, tertembak, dan banyak lagi. Dimana pada saat itu kita gak mempunyai persiapan apa-apa. Mau membalut luka gak bawa kasa, mau menghentikan bisa ular gak punya torniket, mau menghentikan pendarahan gak punya alat, jadi ceritanya kita diajar untuk dapat menggunakan alat-alat alternatif di sekeliling kita bila kita berjumpa dengan kasus-kasus seperti yangku sebutkan diatas, kan ceritanya kejadian tak terduga. Namun harus seaman mungkin digunakan. Jadi alternatif ini tetap harus bisa menyelamatkan dan tidak menambah parah cedera si korban. Dan itu seru banget bagiku.
Ada beberapa perlombaan yang aku ikuti sewaktu aku masih anggota PMR. Sekolahku kerap mendapat juara dalam perlombaan antar sekolah maupun antar kabupaten/kota yang diadakan oleh PMI. Aku sering berada di kelompok P3K dan pasang tandu. Ada juga kelompok dapur umum, bongkar pasang tenda dan ada beberapa yang aku gak ingat. Semua diajarkan tapi nanti kita dibuat spesialisasi oleh Pembina PMR disekolah. Sewaktu di KSR aku juga ada ikut pelatihan Emergency dan survival. Tapi aku hanya ikut pada teori saja, soalnya sewaktu kegiatan dilakukan langsung ke alam terbuka di gunung atau jalanan, orang tua ku gak mengizinkan. Jadi pengetahuan ku hanya sebatas teori doang.
Itu seputar kegiatan ku di PMR dan KSR dan aku berniat untuk kembali aktif di PMI namun hanya sebagai TSR saja seperti yang dianjurkan oleh guru ku tadi soalnya aku juga sibuk dengan kerja dan kuliah. Duh…ingat guru ku tadi, aku jadi ingat kalo aku harus belajar niy, kan besok harus ikut ujian ulang. Gara-gara lembar jawaban ku sembunyi entah kemana terpaksa deh aku ikut ujian ulang lagi. Nasib… mana gak ada satu pun teman ku yang free yang bisa nganterin aku pulang sekarang, semua pada sibuk. Giliran gak diminta pada nawarin semua. Angkotlah yang jadi andalan kali niy. Itung-itung berbagi sama sopir angkot.