Wednesday, April 25, 2007

IBU

Sore itu saat aku sedang mengistirahatkan pikiran-pikiranku dari rutinitas yang menjemukan, aku mencoba mencari hiburan dengan menonton acara di dalam kotak hitam ukuran 29 inch di rumahku. Kutekan tanda power pada remote control tv ku, secara otomatis kotak hitam itu menampilkan acara dari stasiun tv pilihanku.
Sudah lumayan kurang aku menonton tv sekarang, sekedar melihat acara sinetron, film, reality show atau infotaiment sekarang ini, ini disebabkan aku lebih asyik dengan internet dan juga kesibukan kerja dan perkuliahanku.

Kali ini aku ingin menonton sesuatu yang menarik dari tayangan tv kali ini. Setelah beberapa kali mengganti chanel, akhirnya aku berhenti pada stasiun tv yang sedang menayangkan sebuah cerita pendek yang tak kukenal seorangpun pemainnya. Tampaknya aku ketinggalan bagian awal cerita, tapi aku tetap coba nyimak tontonan itu.

Bagus…

Menarik…

Alamiah…

Dekat dengan keseharian…


Tes…tes…
Tiba-tiba dari sudut mataku mengalir air. Semakin lama semakin banyak.

Tayangan ini menceritakan sebuah kejadian yang terjadi pada sebuah keluarga kecil yang sederhana. Sang ayah seorang buruh bangunan, sang ibu seorang ibu rumah tangga yang baik, serta seorang putri berumur sekitar 11 tahun dan putra berumur sekitar 4 tahun.

Sang kakak merasa akhir-akhir ini ibunya sering menyuruh-nyuruh dirinya untuk melakukan pekerjaan rumah. Mulai dari bereskan tempat tidur, mencuci piring, menyapu halaman, mengangkat jemuran, dan pekerjaan lainnya. Sewaktu ditanya kenapa pekerjaan itu hanya diserahkan kepadanya dan tidak kepada sang ayah, sang ayah berkata kalau itu tugas ibunya.
“oh, tugas ibu ya?” jawabnya seakan paham dan berlalu pergi.

Suatu sore ia mendengar ayahnya sedang berbicara dengan seseorang. “Maaf Pak, kami sudah selesai melakukan tugas-tugas kami dan kami berhak mendapatkan upah dari pekerjaan kami. Atau kami berhenti dari pekerjaan ini” ucap sang ayah.
“Dan ini rincian nya Pak,” sambung sang ayah sambil memberi lembaran tagihan biaya yang harus dibayarkan sang tamu.
“Baiklah kalau begitu, saya akan membayar tagihan ini besok, dan saya harap bapak dan teman-teman kembali bekerja lagi dan dapat menyelesaikan proyek ini” jawab sang tamu.

Saat mendengarkan pembicaraan antara sang ayah dan tamunya, si kakak mengangguk-angguk seakan mendapat pemahaman baru, bahwa bila seseorang telah menyelesaikan pekerjaannya, maka ia akan mendapatkan upah dari pekerjaannya.

Mulai detik itu perubahan tampak jelas dari tingkah laku si kakak ini. Tugas yang biasa malas-malasan dikerjakan kini dilakukan dengan semangat dan dia menjadi sangat rajin. Semua tugas dilakukan dengan segera dan sangat baik. Bahkan ia akan meminta kepada si ibu untuk memberikannya lagi tugas-tugas lain bila tugas yang diberikan oleh si ibu sudah selesai dikerjakannya.

Suatu hari, di sore yang cerah, ia menjumpai ibunya sambil membawa secarik kertas. “Bu…baca ini deh” ujarnya riang sambil memberikan kertas itu kepada si ibu.
“Apa ini?” Tanya si ibu.
“Pokoknya ibu baca saja deh,”sahutnya.
Dengan wajah penasaran sang ibu membuka kertas yang diberikan oleh si kakak.

Tagihan pekerjaan yang selesai ku kerjakan

1. Upah menjaga adik 2000 rupiah
2. Upah membersihkan halaman 1500 rupiah
3. Upah menyiram tanaman 1000 rupiah
4. Upah menyuci piring 1000 rupiah
5. Upah memberaskan tempat tidur 1000 rupiah
6. Upah menjaga rumah 500 rupiah……dst

Total upahku 10.000 rupiah

Membaca tulisan itu si ibu hanya tersenyum. “Sebentar ya nak,” ujarnya dan lalu bergegas masuk kekamarnya hendak mengambil sesuatu. Dan tak lama kemudian terlihat si ibu keluar dari kamarnya dan membawa sebuah amplop.
“Nah, ini untukmu,” ucap si ibu sambil menyerahkan amplop itu kepada si kakak.
Si kakak dengan wajah ceria dan berseri-seri menerima amplop yang diberikan oleh ibunya.
“Terima kasih ibu…” ujarnya sambil berlalu.

Kakak langsung mengambil sepedanya dan mendayungnya menuju taman yang berada di dekat rumahnya. Ia sudah tidah sabar ingin melihat upah yang dia terima selama mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh ibunya. Setelah menemukan tempat yang enak, si kakak berhenti dan turun dari sepedanya.
Dengan hati berdebar-debar dibukannya amplop tersebut perlahan-lahan. Betapa herannya si kakak karena ia tak menemukan uang selembarpun didalam sana, yang ada hanya selembar kertas. Dikeluarkannya kertas tersebut dari dalam amplop, dibuka dan mulai dibacanya.

Tagihan ibu untukmu

1. Upah mengandungmu selama 9 bulan 10 hari gratis
2. Upah melahirkanmu dengan taruhan nyawaku gratis
3. Upah menyusuimu gratis.
4. Upah membersihkan popokmu gratis.
5. Upah bangun ditengah malam karena kau ngompol gratis.
6. Upah menjagamu disaat sakit gratis.
7. Upah menyuapimu gratis…dst

Total tagihan untuk kasih sayangku padamu GRATIS

Langsung si kakak melarikan sepedanya dengan cepat menuju rumahnya dengan airmata yang bercucuran.
Dari depan pintu rumahnya ia langsung berteriak-teriak memanggil-manggil ibunya. Si ibu yang sedang asyik mengobrol dengan sang ayah langsung menghampiri si kakak. Saat melihat sang ibu, si kakak langsung memeluk ibunya dengan masih terus menangis.

“Maafkan kakak bu, kakak sayang ibu,” ujarnya sambil terisak-isak kemudian terus menangis sambil terus memeluk sang ibu.
Dengan senyum bijaksana dan belaian lembutnya di rambut si kakak, si ibu hanya berkata “Ibu juga sayang sama kakak.”

Aku yang menyaksikan cerita itu langsung teringat pada ibuku. Duh…betapa banyak pengorbanannya padaku selama ini. Sampai aku jadi seperti sekarang ini. Bahkan aku belum bisa membalas jasanya sedikitpun.

Ibu (mamak kalau aku memanggilnya)……
Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangmu padaku selama ini.
Tak ada yang dapat ku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu.
Hanya doa teriring dalam setiap lirih suaraku kepada Sang Pencipta
“Seandainya aku bisa berbuat kebaikan, semoga ganjarannya diberikan juga untuk ibunda yang telah menjadi jalan terlahirnya aku ke dunia ini. Amin ya Rabbal Alamin”