Monday, April 9, 2007

KHS beres. Tangse...I'm coming...

Aku celinggak-celingguk dari bangku belakang motor yang dibawa Fian (temen se-dinasku) saat mulai memasuki halaman depan kampus untuk melihat apakah temanku Mila udah nyampe. Soalnya aku sudah janji untuk jumpa dikampus pagi ini. Memang aku agak telat siy, soalnya tiba-tiba mantan bosku datang kekantor dan ingin membahas sedikit tentang kerjaan.
Nah, itu dia disana lagi cekakak-cekikik sama teman-teman sekelasnya di teras kantor Biro.
“Aku ke akademik dulu ya,” teriakku dari atas motor, sambil tanganku menunjuk kearah gedung akademik.
Kulihat dia menggangguk.Teriak-teriak kayak dihutan saja aku pikir. Ah biar saja, toh kampus lagi sepi, masih musim libur siy. Hanya ada beberapa orang yang ku lihat di pelataran parkir, yang agak ramai di gedung akademik. Pasti lagi ngurus KRS atau ngambil KHS pikirku.
Langsung ingat sama nilai MK Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan ku yang tidak ada nilai.Sial, padahal aku sudah ikut ujian, gara-gara lembar jawabannya sembunyi entah dimana terpaksa aku harus ikut ujian ulang. Dan itu yang menjadi tujuanku juga datang kesini, mau ujian ulang yang sudah tertunda 10 hari gara-gara aku tidak bisa ijin dari kantor. Kalo dibilang siap siy tidak juga. Tapi aku selalu punya jurus andalan kalo udah tidak bisa lagi menjawab soal-soal ujian, tau tidak apa jurus ku? “Mengarang indah,” hahaha.
Untungnya MK-ku banyak yang hafalan jadi tidak mesti pasti-pasti banget jawabnya kayak yang dibuku (hanya untuk case tertentu). Asal intinya udah kena, udah deh. “Langsung pulang niy?” tanyaku pada Fian sesampai didepan gedung akademik.
“Lama nggak? Memang kamu mau masuk kantor lagi nggak?”
“Masuk, tapi ntar jam 12an”
“Oke, aku balik kantor aja. Pulang sendiri kan?”
“Yup” jawab ku sambil tersenyum manis (hi…itu juga kata kamu loh)
Langsung aku berjalan menuju pintu masuk ruang akademik. Setelah pandangan menyapu seluruh ruangan, aku langsung tertuju pada sosok cewek hitam manis yang duduk di belakang meja administrasi. Langsung kedekati dia. Sambil senyum aku berjalan kearahnya dan dia pun membalas senyumku.
Asyik…cuaca cerah niy “Gimana kak Ita? Jadi ujian ulangnya?”
“Udah beres, nilainya tanya aja langsung sama Bang Wan” ucapnya. Kali ini suara mu terdengar begitu merdu banget ditelingaku. Alhamdulillah, gak jadi ujian ulang dunk. Belum lagi aku sampai kemeja Pak Wan, dari jauh dia sudah teriak-teriak yang sok akrab gitu.
“Hey. Sini kamu. Udah saya jumpai dosenmu dan beliau langsung memberikan nilai,” ujarnya semangat 45.Sambil tersenyum senang aku langsung menghampirinya. Walau kau berteriak-teriak dengan suara jelekmu, tapi kali ini terdengar begitu merdu bagiku.
“Nilainya apa pak?” Tanya ku tanpa basa-basi“A”Lagi dunk…lagi…coba ulang sekaliiiii lagi, merdu banget siy suaramu saat mengucap satu kata itu.
Makin lebar saja senyumkuMenurut Pak Wan, nilai ini diambil berdasarkan pertimbangan nilai-nilaiku yang lain. Aku memiliki 6 nilai A, 4 nilai B, 1 nilai C dan 1 nilai D (yang tak terlihat olehnya ).Tapi kini, nilai D itu terlihat jelas sekarang.
“Bagaimana dengan nilai yang D ini? Apa nggak mau di konfirmasi?” tanyamu agak terkejut dengan satu huruf yang tidak mathcing dengan teman-temannya nonggol di data computermu.“Gak bisa di hubungi pak,” jawabku sekenanya.
“Beliau ada kok diruang biro,” ujarmu seakan menyarankan aku untuk menjumpainya. Sebenarnya 10 hari yang lalu saat kau bilang nilaiku ada yang D, aku sudah ingin temui dosen MK yang bermasalah itu.
Paling tidak aku sudah pernah sekali menelpon ke Hp dan rumahnya. Tapi tidak berhasil kutemui. Dan bagiku sekali mencoba sudah cukup. Lagian meminta-minta nilai kayaknya, “bukan aku banget deh”. Walau teman-temanku banyak yang melakukannya.
Ah kuliah kalo lurus-lurus aja kurang asyik kali ya.Ini kuanggap warna-warni dalam perkuliahan.“Ya sudah pak, biar saja begitu”
“Ya sudah kalau begitu, langsung saya print ya”
tetterettetet…..Mesin print sedang menjalankan fungsinya. Terlihat kertas KHS ku meluncur keluar. Terlihat deretan huruf-huruf dan angka-angka pada lembaran itu.
Ah,lumayan…“Makasi pak”Aku langsung ngacir untuk menjumpai Mila
***
“Hai Num…gimana? Udah ujiannya?” tanya Mila sesampai aku di sebelahnya
Mila adalah sahabatku. Kami sudah saling kenal semenjak 5 tahun yang lalu. Saat itu kami bekerja ditempat yang sama. Dari situ kami mulai akrab. Mila sangat pengertian dan sabar, itu yang membuat aku sayang padanya. Dia pernah selama 1 bulan tinggal dirumahku saat tsunami melanda Aceh. Saat itu dia tidak memiliki tempat tinggal lagi di kota ini. Keluarga kakaknya (tempat tinggal dia yang dulu) meninggal semua. Terus dia tinggal bersama saudaranya yang jauh, karena tidak betah lalu aku memintanya untuk tinggal bersamaku. Setelah satu bulan ternyata saudaranya yang lain sudah kembali kesini, dan dia tinggal bersama mereka sampai sekarang.
“Batal ujiannya, niy aku udah dapat KHS”
“Berapa?”
“3,25” sambil memperlihatkan lembaran KHS kuMemang gak seberapa siy dibanding kamu yang 3,75, kamu kan rajin. Tapi bagiku ini berkah banget. Soalnya aku males banget masuk kuliah. Selain sudah capek kerja, kamu kan tau sendiri kalo aku ini “Sleeping Beauty”. Makanya nilaiku ada yang D, gara-garanya aku tidak mengikuti midtest (ketiduran euy).
“So gimana rencana kemaren? Jadi gak kita ke Tangse? ke tempat Azizahkan?”
Azizah adalah teman Mila yang tinggal satu kamar dengannya. dia juga tidak punya tempat tinggal di Banda Aceh, maka Mila mengajaknya untuk tinggal bersama dengannya. Saat ini Azizzah sedang pulang ke kampungnya di Tangse. Dan mengundang Mila untuk datang kesana dan boleh juga membawa kawan-kawan yang lain juga. maka aku terpilih sebagai orang yang diajak untuk kesana. Aku kenal Azizah cuma sepintas saja. Cuma sekedar tahu saja. Pernah beberapa kali Mila membawanya untuk silahturahmi kerumahku.
“Jadi dunk. Besok ya jam 8 pagi. Terus kita pulang hari minggu siang. Gimana?” kau menjelaskan jadwal keberangkatan.
“Oke” jawabku antusiasasyik liburan…jalan-jalan…
“Udah minta ijin belum?” tanya mu mengingatkan.
Duh…“Belum siy. Nanti rencananya aku bilang”“Aku mau pesan tiket niy. Jangan sampe gak jadi ya?” Ujarmu menekankan.
“Beres. Pasti dikasi kok”
Pe-de banget aku. Padahal untuk nginep dirumah teman, ijinnya sulit banget. Apalagi keluar kota gini.“Nanti malam aku telpon ya” ucapmu saat berpisah denganku. Karena aku harus kembali kekantor.
***
Sore ini hujan, aku sedang asyik dengan komputerku. Nulis, dikit-dikit. Ah iya lupa, aku harus bilang niy kalo besok mau ke Tangse, tidak jauh kok, cuma 3 jam perjalanan.
“Mak, besok Aloh (nama rumahku) ke Tangse ya?” tanyaku yang masih didepan computer hanya saja badanku menghadap kearah ibuku yang lagi asyik nonton sinetron.
“Tanya ayah saja sana, mamak gak tau. Memang ada apa?”
“Ada acara Maulid di kampung Mila”
“Kamu kalo acara Maulid disini gak pernah mau ikut. Sekarang pakai pergi jauh-jauh cuma mau hadiri itu”
“Lain kan. Niy dikampung. Suasananya beda” jawabku meyakinkan. Namun ya tetap saja aku harus bicara dengan ayah lagi.
Sehabis maghrib aku menunggu ayah keluar dari kamar. Nah itu ayah sudah keluar menuju ketempatku duduk sekarang, di ruang keluarga.
“Yah, besok aloh ke Tangse ya?”
“Buat apa? Tidak boleh. Lagian disana jalannya masih jelek,” jawab ayah tegas banget.
“Gak jelek ah. Udah bagus kok,” jawabku lebih tegas lagi. Biar meyakinkan, walau aku tidak tahu. Pergi saja belum pernah.
“Kamu ada-ada saja…bla…bla…tidak boleh” ulang ayah lagi.
“Perginya sama Mila kok”Ayah tiba-tiba tidak membantah. Dan itu sebagai jawaban kalo ayah mengizinkan. Ah manjur juga nama Mila, kayak mantra aja. Ayahku lalu megijinkan. Senang siy walau agak sebel juga. Masa lebih percaya sama Mila dibanding aku. Tapi aku tidak peduli yang penting bisa pergi.
Tangseeeee…I’m coming… Tunggu ceritaku sepulang dari Tangse ya…