
Kembali Ke
Monday, April 30, 2007
Untuk pertama kalinya

Hati-hati Penipuan!!!

Wednesday, April 25, 2007
IBU
Sudah lumayan kurang aku menonton tv sekarang, sekedar melihat acara sinetron, film, reality show atau infotaiment sekarang ini, ini disebabkan aku lebih asyik dengan internet dan juga kesibukan kerja dan perkuliahanku.
Kali ini aku ingin menonton sesuatu yang menarik dari tayangan tv kali ini. Setelah beberapa kali mengganti chanel, akhirnya aku berhenti pada stasiun tv yang sedang menayangkan sebuah cerita pendek yang tak kukenal seorangpun pemainnya. Tampaknya aku ketinggalan bagian awal cerita, tapi aku tetap coba nyimak tontonan itu.
Bagus…
Menarik…
Alamiah…
Dekat dengan keseharian…
Tes…tes…
Tayangan ini menceritakan sebuah kejadian yang terjadi pada sebuah keluarga kecil yang sederhana. Sang ayah seorang buruh bangunan, sang ibu seorang ibu rumah tangga yang baik, serta seorang putri berumur sekitar 11 tahun dan putra berumur sekitar 4 tahun.
Sang kakak merasa akhir-akhir ini ibunya sering menyuruh-nyuruh dirinya untuk melakukan pekerjaan rumah. Mulai dari bereskan tempat tidur, mencuci piring, menyapu halaman, mengangkat jemuran, dan pekerjaan lainnya. Sewaktu ditanya kenapa pekerjaan itu hanya diserahkan kepadanya dan tidak kepada sang ayah, sang ayah berkata kalau itu tugas ibunya.
“oh, tugas ibu ya?” jawabnya seakan paham dan berlalu pergi.
Suatu sore ia mendengar ayahnya sedang berbicara dengan seseorang. “Maaf Pak, kami sudah selesai melakukan tugas-tugas kami dan kami berhak mendapatkan upah dari pekerjaan kami. Atau kami berhenti dari pekerjaan ini” ucap sang ayah.
“Dan ini rincian nya Pak,” sambung sang ayah sambil memberi lembaran tagihan biaya yang harus dibayarkan sang tamu.
“Baiklah kalau begitu, saya akan membayar tagihan ini besok, dan saya harap bapak dan teman-teman kembali bekerja lagi dan dapat menyelesaikan proyek ini” jawab sang tamu.
Saat mendengarkan pembicaraan antara sang ayah dan tamunya, si kakak mengangguk-angguk seakan mendapat pemahaman baru, bahwa bila seseorang telah menyelesaikan pekerjaannya, maka ia akan mendapatkan upah dari pekerjaannya.
Mulai detik itu perubahan tampak jelas dari tingkah laku si kakak ini. Tugas yang biasa malas-malasan dikerjakan kini dilakukan dengan semangat dan dia menjadi sangat rajin. Semua tugas dilakukan dengan segera dan sangat baik. Bahkan ia akan meminta kepada si ibu untuk memberikannya lagi tugas-tugas lain bila tugas yang diberikan oleh si ibu sudah selesai dikerjakannya.
Suatu hari, di sore yang cerah, ia menjumpai ibunya sambil membawa secarik kertas. “Bu…baca ini deh” ujarnya riang sambil memberikan kertas itu kepada si ibu.
“Apa ini?” Tanya si ibu.
“Pokoknya ibu baca saja deh,”sahutnya.
Tagihan pekerjaan yang selesai ku kerjakan
1. Upah menjaga adik 2000 rupiah
2. Upah membersihkan halaman 1500 rupiah
3. Upah menyiram tanaman 1000 rupiah
4. Upah menyuci piring 1000 rupiah
5. Upah memberaskan tempat tidur 1000 rupiah
6. Upah menjaga rumah 500 rupiah……dst
Total upahku 10.000 rupiah
Membaca tulisan itu si ibu hanya tersenyum. “Sebentar ya nak,” ujarnya dan lalu bergegas masuk kekamarnya hendak mengambil sesuatu. Dan tak lama kemudian terlihat si ibu keluar dari kamarnya dan membawa sebuah amplop.
“Nah, ini untukmu,” ucap si ibu sambil menyerahkan amplop itu kepada si kakak.
Si kakak dengan wajah ceria dan berseri-seri menerima amplop yang diberikan oleh ibunya.
“Terima kasih ibu…” ujarnya sambil berlalu.
Kakak langsung mengambil sepedanya dan mendayungnya menuju taman yang berada di dekat rumahnya. Ia sudah tidah sabar ingin melihat upah yang dia terima selama mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh ibunya. Setelah menemukan tempat yang enak, si kakak berhenti dan turun dari sepedanya.
Dengan hati berdebar-debar dibukannya amplop tersebut perlahan-lahan. Betapa herannya si kakak karena ia tak menemukan uang selembarpun didalam sana, yang ada hanya selembar kertas. Dikeluarkannya kertas tersebut dari dalam amplop, dibuka dan mulai dibacanya.
Tagihan ibu untukmu
1. Upah mengandungmu selama 9 bulan 10 hari gratis
2. Upah melahirkanmu dengan taruhan nyawaku gratis
3. Upah menyusuimu gratis.
4. Upah membersihkan popokmu gratis.
5. Upah bangun ditengah malam karena kau ngompol gratis.
6. Upah menjagamu disaat sakit gratis.
7. Upah menyuapimu gratis…dst
Total tagihan untuk kasih sayangku padamu GRATIS
Langsung si kakak melarikan sepedanya dengan cepat menuju rumahnya dengan airmata yang bercucuran.
Dari depan pintu rumahnya ia langsung berteriak-teriak memanggil-manggil ibunya. Si ibu yang sedang asyik mengobrol dengan sang ayah langsung menghampiri si kakak. Saat melihat sang ibu, si kakak langsung memeluk ibunya dengan masih terus menangis.
“Maafkan kakak bu, kakak sayang ibu,” ujarnya sambil terisak-isak kemudian terus menangis sambil terus memeluk sang ibu.
Dengan senyum bijaksana dan belaian lembutnya di rambut si kakak, si ibu hanya berkata “Ibu juga sayang sama kakak.”
Aku yang menyaksikan cerita itu langsung teringat pada ibuku. Duh…betapa banyak pengorbanannya padaku selama ini. Sampai aku jadi seperti sekarang ini. Bahkan aku belum bisa membalas jasanya sedikitpun.
Ibu (mamak kalau aku memanggilnya)……
Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangmu padaku selama ini.
Tak ada yang dapat ku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu.
Hanya doa teriring dalam setiap lirih suaraku kepada Sang Pencipta
“Seandainya aku bisa berbuat kebaikan, semoga ganjarannya diberikan juga untuk ibunda yang telah menjadi jalan terlahirnya aku ke dunia ini. Amin ya Rabbal Alamin”
Wednesday, April 11, 2007
Tempat Penitipan
Kau masih terus mencoba untuk dapat membuka gambar yang kau titip padaku kemarin, gambar yang kau peroleh saat browsing di internet. Namun tetap gagal. Kau berusaha membuang semua titipanmu padaku, tapi sayang kau tetap bisa. Ku rasa kau membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat melakukan itu, membuat aku seperti sediakala, bersih tanpa satupun barang titipan darimu.
Aku tahu kau sayang padaku. Itu terlihat dari asesoris yang kau kenakan padaku. Sebuah gantungan berbentuk mickey mouse berwarna merah jambu dengan cantelan bintang bermatakan warna yang sama. Tapi kau hanya mempercantiku saja, dan memperlakukanku dengan buruk sekali.
Kurasa ini sudah menjadi pelajaran bagimu. Bila hal-hal yang kau titipkan kepadaku kau rasa penting maka lakukan prosedur tertentu terhadapku.
Paling tidak kau bisa melakukan Safely Remove Hardware
Kau tinggal meng-klik “safely remove USB mass storage device-drive(…)”
Menunggu beberapa saat, dan aku sudah bisa aman untuk kau cabut dari computer dan satu lagi tolong kau letakkan aku di tempat yang baik. Tidak terhimpit-himpit, kepanasan dan kedinginan. Ini untuk kelanggengan kebersamaan kita.
Terimakasih…by Data Traveler 512MB milikmu
Kekuatan Pujian
Kalau isterinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti; bagian depan kurang tinggi. Lain kali dia berkata, bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik, "bagian akhir harusnya "kres".. naik sedikit.
Selalu saja ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau isterinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi.Dia berkeputusan "Wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran..."
Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu isterinya bersuara bagus dan dia selalu memuji isterinya kalau bernyanyi.
Suatu ketika isterinya bertanya, "Pak, bagaimana laguku?"
Dia menjawab antusias, "Ma, saya ini selalu ingin cepat pulang karena mau dengar engkau menyanyi."
Lain kali dia berkata, "Ma, kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau menyanyi, lagu mu lah yang terngiang-ngiang"
Istrinya sangat bersuka cita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih.
Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam dan mengeluarkan kaset volume pertama dan ternyata disambut baik oleh masyarakat. Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.
Sedikit pujian memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan, semangat untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.
Lama Panggilan 00:03:23
“Halo” sahut suara dari seberang hp ku.
“Halo, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” jawab suara itu lagi.
“Belum tidur Mo?” tanyaku basa-basi.
“Mau tidur ni”
“Aku ngeganggu ya?”
“iya” jawabmu tanpa basa-basi.
“hihihihi….” Jujur banget niy orang. Tapi aku suka kamu yang begini
“Apa kabar Mo?”
“Baik. Hanum apa kabar?”
“Baik. Sehat banget malah, sekarang Hanum malah udah gemuk”ujarku dengan suara riang
“Senang ya?” ujarmu datar.
Aku lalu menjelaskan bahwa kemarin aku ke Tangse dan disana kerjaku makan tidur, makanya aku jadi gemuk. Memang itu cuma alasanku saja. Aku tidak ingin kamu berfikir bahwa sekarang aku senang dan saat-saat dulu aku bersamamu aku tidak senang. Aku menikmati kebersamaan kita kok.
Setelah berbicara dengan singkat lalu kita memutuskan obrolan kita,“Ya udah ya Mo, salam buat Teguh”
Teguh, adik sepupumu yang saat ini bersamamu di Kota Kembang itu untuk berlibur.
“Iya. Commo mau tidur, capek seharian jalan”
“Assalamualaikum” lanjutmu.
“Wa alaikumsalam” jawabku.
Tut……..tertulis di hp ku lama panggilan 00:03:23
Ini obrolan pertama kita. Setelah kita memutuskan untuk tidak bersama lagi dalam ikatan yang disebut “pacaran” oleh kebanyakan orang, sejak itu kita tidak saling ngobrol dan berjumpa lagi. Hanya pesan-pesan singkat melalui sms yang kita lakukan sekedar menayakan kabar, itupun bisa dihitung dengan jari.
Ada rasa kangen untuk berjumpa sekedar menatap wajahmu dan ngobrol sekedar mendengar suaramu dan menyimak setiap kata-katamu saat membacakan monolock-mu di tidur malamku.
Sampai jumpa lagi Mo…aku kangen lho… :)
Tuesday, April 10, 2007
Request
Sekilas Info dari Nanggroe

“RAKYAT ACEH MAKIN MISKIN, PEJABAT BRR MAKIN KAYA”
Gaji yang cukup besar para pejabat Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) NAD- Nias membuat deru derita baru rakyat Aceh. Kepala Bapel BRR menerima gaji 60 juta lebih perbulan dikali dengan 4 tahun maka seorang pejabat BRR menerima gaji 2,880 milyar lebih, ditambah lagi belanja aparatur lainnya.
Bahkan pejabat BRR yang duduk di Dewan Pengawas dan Dewan Pengarah bergaji besar tersebut tidak pernah pergi ke Aceh untuk mengarahkan kerja BRR, tapi mereka juga mendapatkan gaji puluhan juta rupiah. Yang lebih ironis lagi adalah Dewan Pengawas dan Dewan Pengarah BRR sudah menjadi Almarhum tapi mereka masih mendapatkan gaji besar dari BRR dengan alasan belum ada Kepres baru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mungkinkah mayat mengambil gaji di BRR?
Kegemukan stuktur di BRR juga sangat menguras dana rekonstruksi. Disatu sisi ada Dewan pengawas di sisi lain ada Deputi pengawas yang mempunyai tugas yang sama yakni untuk mengawasi Bapel BRR NAD-Nias.
Mungkinkah sejarah Petro Dolar Aceh kembali terulang? Daerah yang dulu pernah berjaya kemudian hanya membuat kaya segelintir orang dan rakyat Aceh kembali hidup dibawah garis kemiskinan. BRR yang saat ini memiliki dana cukup besar dapat membuat masyarakat Aceh sejahtera atau memperkaya beberapa orang saja???
Sangat disalutkan sederetan aktivis, Akademisi, Politikus, militer, wakil rakyat serta tokoh-tokoh Aceh yang sudah terlibat didalam sistem rekon Aceh di BRR ternyata DIAM tak berbicara, mungkinkah mereka sudah mendapat apa yang mereka inginkan? Sehingga mereka melupakan apa yang menjadi harapan rakyat AcehMari kita doakan saudara-saudara kita yang berada di BRR yang sudah kenyang dengan surga BRR, sehingga Allah memberikan hidayah kembali bagi mereka untuk berada di jalan yang benar
”MAU HIDUP NYANTAI TAPI BANYAK UANG…
KERJA DI BRR, GAJI PASTI BANYAK”
TANYA KENAPA???
BECAUSE WHY, KARENA BRR NGGAK TAHU DIRI
THAT’S RIGHT BROTHER
Itulah tulisan selembaran yang ku dapatkan sewaktu aku melintasi Simpang Lima kota Banda Aceh untuk menuju warnet. Pada bundaran tersebut berkumpul mahasiswa dan mahasiswi berjas almamater Unsyiah Aceh. Mereka mengusung beberapa spanduk dan tulisan di karton sambil membagi-bagikan selebaran. Ada juga sesosok mayat yang tidur di pinggir trotoar dengan sebuah tulisan disebelahnya “Apakah Mayat Bisa Mengambil Gaji di BRR?”.
Ada juga kulihat beberapa orang petugas kepolisian berjaga-jaga disana. Demontrasi kecil-kecilan dari mahasiswa pikirku. Dan biasanya hanya jadi angina lalu saja. Aceh akan tetap begini pikir ku. Kemakmurannya hanya jadi milik segelintir orang, bahkan mereka yang menikmatinya bukan anak Nanggroe ini. Tapi kini pemerintahan di Aceh telah berganti. Besar harapan ku Aceh bisa makmur dan sejahtera dan berjaya kembali.
MALPRAKTEK MEDIK

Monday, April 9, 2007
Kisah Perjalanan Tangse
"Maaf lama, sopirnya jemput penumpang lain dulu, mana mutar-mutar jalannya.” bisik Mila, merasa tidak enak denganku. Bayangkan saja telat 1 jam 20 menit dari jadwal. Ditambah lagi kursi yang seharusnya di isi dengan 3 orang kali ini harus diisi 4 orang. Jadi kebayangkan sempitnya didalam sana.
Untung yang duduk dideretanku orangnya kecil-kecil. Lalu mobil itu melaju lagi. Kukira kali ini langsung berangkat, tidak tahunya menjemput seorang penumpang lagi. Padahal udah padat banget. Kalau dijumlah dari kursi supir ada 3 orang perempuan dewasa ditambah sopir, lalu baris kedua ada aku, Mila, dan sepasang suami istri dan kedua anaknya, baris ketiga ada 4 orang dewasa dan seorang anak kecil dan dibaris keempat (paling belakang) ada 2 orang laki-laki dewasa, jadi keseluruhan adalah 14 orang dewasa dan 3 anak-anak. Padahal standarnya 11 orang dewasa. Untungnya semua jadi tidak terasa karena sepanjang jalan aku dan Mila asyik ngobrol, maklum udah lama tidak jumpa.
Bersama keluarga Azizah Dari kiri, mamak, Rizki (adik angkat Azizah), Azizah, aku, Mila, Mansur (adik Azizah), Chairunnisa (adik Azizah)
Setelah sholat, aku dan Mila memutuskan untuk jalan-jalan ke sungai, karena dirumah masih ada kenduri (untuk ayahnya yang sudah almarhum) dan tamu masih berdatangan maka Azizah tidak bisa ikut menemani. Setelah melewati jalan setapak yang menurun, sungai sudah kelihatan. Aku langsung turun. Kulihat ada sepasang sandal tergeletak disitu dan mulai mencari pemiliknya tapi sial, haiks…ternyata ada yang lagi buang hajat (full view) duh malunya. Wah belum apa-apa aku udah sial. Mila langsung cekikikan liat aku yang yang salah tingkah.
Sekarang aku lebih hati-hati kalo mau turun ke sungai liat dulu apakah ada pengunjung lain atau tidak (kebiasaan orang kampung, buang hajat di sungai). Cuaca saat itu mendung, hujan rintik-rintik, tapi kita nekad untuk turun ke sungai. Tidak begitu dalam airnya sehingga kali ini aku memutuskan untuk menyusuri sungai bukan dari tepiannya tapi langsung ditengah-tengah sungai. Asyik, tapi harus hati-hati karena batunya licin. Sempat foto anak-anak lagi mandi juga. Lalu setelah asyik disungai, Mila mengajak untuk mampir ke rumah Cut Bit (panggilan untuk adik mamaknya Azizah). Aku nurut saja. Soalnya aku kan belum pernah kesini. Kalau Mila sudah beberapa kali.
1. Sungai yang berada di belakang rumah Azizah, 2. Anak-anak sekitar yang mandi dan bermain di sungai, 3. Bersama Mila (seneng banget bisa ke Tangse sama-sama)
Sesampainya di rumah Cut Bit kami disuguhi teh dan durian plus lemang (pasangan kalo makan durian) kesukaan Mila, aku tidak ikut makan karena tidak suka durian. Cut Bit orang yang ramah, sepanjang obrolan tertawa terus, aku juga ikut tertawa. Tapi tidak sepatah katapun keluar dari bibirku. Soalnya aku tidak begitu bisa bahasa Aceh. Tapi aku mengerti sebagian besar yang dikatakannya.
Pukul 15.50 (waktu menurut jam tanganku), sepertinya kami harus kembali ke rumah Azizah. Maka kamipun pamit untuk pulang sama Cut Bit. Saat diluar sebagai tamu yang baik aku mesti menggucapkan kata-kata perpisahan. Maka sambil memegang kepala cucu Cut Bit yang kecil aku bilang, “Pulang dulu ya, nanti kami mampir lagi kesini,” serta merta seluruh yang ada disitu jadi diam semua. Seperti ada malaikat lewat. Lalu aku segera sadar kalo mereka tidak mengerti apa yang aku ucapkan (parah banget mereka, sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia. Kalau keluarga Azizah semua mengerti bahasa Indonesia). Kontan aku tertawa dan mereka juga ikut tertawa. Lalu penerjemahku (Mila) langsung mengambil alih menjelaskan kepada mereka. Hahahaha...
Mila bersama keluarga Cut Bit (jilbab hijau), kelihatan kan kalau mereka lebih suka pakai kain sarung
Mengenai Teknologi dan Transportasi
Paling tidak Tangse bukan daerah yang tertinggal banget. Ada listrik, PDAM, jaringan Telp, bahkan dibeberapa rumah ada parabola. Mengenai jaringan untuk HP memang ada, tapi buruk banget. Selama aku disana baru sewaktu aku akan pulang ada sinyal. Itupun sebatas jaringan dari Telkomsel. Yang bisa kukatakan kalau disana hampir setiap rumah memiliki motor. Orang Aceh mengatakan motor kereta atau Honda (ini bukan menyatakan brand tertentu, tapi Honda itu jadi identik dengan motor untuk orang Aceh. Walaupun kita naik motor dengan merk yang lain tetap dikatakan Honda), dan untuk mobil disebut motor. Jadi jangan heran kalau kamu ke Aceh terus nanya mau kewarung saja mereka naik kereta, itu bukan kereta seperti umumnya yaitu kereta api, tapi kereta yang dimaksud itu motor. Dan saat dikatakan naik motor, yang kamu lihat mereka membawa mobil. Jembatan penghubung di Tangse rata-rata adalah jenis jembatan gantung.
Karena Tangse dikelilingi sungai, dan jembatan gantung banyak digunakan disana. Jalan di tangse sudah beraspal, khususnya jalan Negara. Hanya saja kadang longsong membuat kita akan sulit untuk melewati jalan-jalan itu. Apalagi bila sehabis hujan, harus hati-hati banget.
Sarana MCK
Nah yang bikin aku gak nyaman disana adalah sarana MCK. Kamar mandinya minimalis banget. Dinding kayu yang tidak rapat, antara kayu yang satu dengan yang lain terdapat celah-celah, jadi kalau mau mandi kita harus pakai basahan (kain sarung, karena takut diintip). Terus WC juga begitu. Dan masih banyak rumah-rumah yang tidak memiliki WC sendiri, sehingga sungai menjadi tempat untuk MCK. Kamu juga akan menemuai MCK-MCK mini (sekedar tertutup sekitar satu meter sekelilingnya) di sepanjang jalan di Tangse. Setiap ada mata air, disitu pasti ada MCK mininya. Itu ditujukan untuk pejalan yang tiba-tiba ingin buang air kecil atau whuduk.
Hasil Kebun
Disepanjang jalan yang kulalui menuju kerumah Azizah, kulihat kalau disemua rumah rata-rata memiliki pohon coklat, pinang, kopi, durian, langsat, kelapa. Tapi yang paling banyak dan rata-rata ada yaitu pohon coklat. Dan Durian Tangse sudah sangat terkenal dengan rasanya yang enak dengan daging buah yang tebal. Kalau musim durian tiba maka durian Tangse bakal banyak dicari. Bahkan orang-orang kota rela untuk datang langsung ke Tangse untuk membeli durian dari kebunnya.
Hasil Persawahan
Tangse terkenal dengan berasnya yang sangat enak. Bahkan makan nasi dengan kerupuk saja sudah sangat enak, asalkan berasnya beras Tangse. Makanya jangan heran dua hari disini sudah membuat aku gemuk, makan melulu sih. Sayur-sayurnya juga memiliki mutu yang bagus. Cabai, tomat, kol, adalah beberapa hasil persawahan di Tangse. Itu akan kamu temui sepanjang jalan di Tangse. Sawah yang sedang ditanami padi atau tanaman cepat panen seperti cabai, bawang, kok dll.
Makanan
Masakan Tangse hampir sama dengan masakan Aceh pada umumnya, pedas dan kaya akan rempah-rempah. Walaupun begitu aku masih suka masakan Banda Aceh. Hanya saja di Tangse sangat kurang jajanan. Mungkin orang disini tidak biasa untuk makan makanan kecil. Kamu tidak akan menemukan KFC, pizza, burger, bahkan bakso saja tidak tersedia disana. Selama aku disana aku cuma makan nasi, paling makan mie goreng di warung sewaktu jalan-jalan.
Kebiasaan
kebiasaan orang-orang disini sering pakai ija krung (baca: kain sarung), baik perempuan maupun laki-laki. Tidak boleh pakai baju dan celana yang ketat. Boncengan satu motor cewek-cowok yang bukan pasangan sah (sudah menikah). Kebanyakan laki-lakinya hanya sampai sekolah SMU saja. Lalu banyak menghabiskan waktu di dayah (pesantren). Cita-cita tertinggi mereka menjadi seorang Tengku (baca: ustadz), dan itu juga cita-cita orang tua mereka. Punya anak laki-laki Tengku dan kalau bisa punya menantu seorang Tengku. Seputar itu deh. Itu ku tahu saat bincang-bincang dengan adik Azizah (perbincangan yang aneh: dia ngomong dalam bahasa Aceh, aku jawab bahasa Indonesia, lalu dia balas dengan bahasa Aceh lagi, aku tetap menjawab dengan bahasa Indonesia…hihihi)
Pukul 06.15 keesokan harinya (waktu menurut jam dikamar Azizah). Aku langsung mandi dan segera untuk shalat subuh. Azizah sampai keheranan melihat aku mandi pagi-pagi sekali. Karena dingin banget airnya. Aku bela-belain mandi karena saat itu saat yang paling nyaman untuk mandi (sepi dan yang lain masih pada tidur).
Setelah bantu-bantu nyapu rumah dan cuci piring, kami merencanakan untuk pergi ke Ie Rheut (ie=air, rheut=jatuh, ie rheut=air terjun)Sepanjang perjalanan menawarkan pemandangan yang indah. Untuk menuju kesana kami harus melewati kota kecamatan Tangse (kota diatas bukit). Ie Rheut berada didesa Alue Lhok.
Kira-kira 30 menit dari desa Blang Dhot. Sesampai disana ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Hanya air terjun kecil (menurutku belum bisa dibilang air terjun), tapi pemandangan menuju ke Ie Rheut bagus banget. Lalu kami melanjutkan perjalanan kembali menuju rumah. Karena rencananya siang ini aku akan kembali ke Banda Aceh.
Lagi-lagi sial, karena ternyata mobil yang berangkat ke Banda Aceh siang ini tidak ada. Padahal itu satu-satunya mobil yang menuju ke Banda Aceh siang ini. Aku dan Mila sudah mulai cemas. Karena aku harus kerja besok dan Mila juga harus kuliah. Akhirnya diputuskan untuk nanti malam menunggu mobil dari Meulaboh yang menuju Banda Aceh.
Sehabis magrib aku bersiap-siap untuk berangkat pulang. Tapi diluar hujan deras sekali. Lalu abang Azizah menyarankan untuk pulang besok pagi saja. Karena takut ada longsor. Dan kali ini aku tidak bisa berbuat apa-apa, habis sudah usahaku untuk dapat masuk kantor esok. Dan aku pasrah. Dan untuk besok abang Azizah sudah menbooking tempat untuk mobil yang kami tumpangi (biasa…di dekat pintu di baris kedua).
Buat teman-teman yang ingin aku kunjungi, aku tunggu undangan kalian ya.
Kali ini via Langit ya...

KHS beres. Tangse...I'm coming...
“Batal ujiannya, niy aku udah dapat KHS”
Ikut TSR Ah...
